Peluang Partai Ummat menembus kursi Senayan pada Pemilu 2024 dinilai masih kecil meskipun Partai Amanat Nasional (PAN) akhirnya berkoalisi dengan pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Secara tradisional, basis pendukung PAN memang beririsan dengan Partai Ummat. Keputusan PAN untuk keluar dari barisan oposisi berpotensi meninggalkan ceruk pendukung yang bisa digarap oleh partai baru bikinan Amien Rais tersebut.
Kendati demikian, Pengamat Politik dari Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyebut peluang Partai Ummat menggaet pendukung PAN tetap sulit. Menurutnya, masuknya PAN dalam jajaran koalisi Jokowi tidak memiliki pengaruh apapun secara elektoral. Apalagi jika ditilik dari kacamata masyarakat, Adi menyebut hal ini sudah jadi perkara biasa.
"Masuk pasar politik makin menyempit. Sulit bagi partai baru lolos parlemen. Sekalipun kerja ekstra belum tentu lolos ke senayan karena partai lama masih sangat dominan," kata Adi kepada Katadata, Selasa (6/9).
Ia melanjutnya, publik melihat perpindahan PAN ini bukan dosa politik. Adi mencontohkan partai yang kadernya banyak tersandung kasus korupsi saja masih memiliki elektabilitas yang kuat.
Di sisi lain, mesin politik Partai Ummat juga terlihat loyo seiring dengan mundurnya Agung Mozin, salah satu pendiri sekaligus wakil ketua umum. Agung dinilai menjadi salah satu kader andalan partai tersebut untuk meraup suara.
"Tentunya rugi besar Partai Ummat dengan mundurnya Agung Mozin. Belum apa-apa, partai ini satu persatu mulai ditinggalkan andalannya," kata Adi.
Partai Ummat resmi dideklarasikan Amien di Yogyakarta, pada 29 April 2021. Menantu Amien, Ridho Rahmadi didaulat menjadi Ketua Umum yang memimpin partai ini. Beberapa nama seperti Neno Warisman, Buni Yani, dan mantan Menteri Kehutanan MS Kaban ikut bergabung di Partai Ummat.
Sebelumnya, keputusan PAN bergabung dengan barisan koalisi kembali menghembuskan isu perombakan kabinet. PAN disebut berpotensi menduduki jabatan menteri jika reshuffle dilakukan Presiden.
Penyumbang Bahan: Mela Syaharani