Dipanggil Satgas BLBI, Ini Sederet Bisnis Tommy Soeharto

Arief Kamaludin|KATADATA
Pengusaha Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (15/9).
Penulis: Sorta Tobing
19/9/2021, 18.00 WIB

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Hak Tagih Negara Dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) melakukan pemanggilan untuk ketiga kalinya kepada Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto pada Agustus lalu. Namun, Tommy lagi-lagi mangkir. 

Pemanggilan anak bungsu mantan Presiden Soeharto ini dilakukan untuk menyelesaikan hak tagih dana BLBI sebesar Rp 2,61 triliun. Utang ini ditujukan untuk menyelamatkan produsen mobil merek Timor, yaitu PT Timor Putra Nasional.

Dirjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Rionald Silaban menjelaskan, pemanggilan tersebut sesuai dengan surat pemberitahuan yang diperoleh Kementerian Keuangan dari Jaksa Agung pada tahun lalu.  

“Pada 8 September 2020, Jaksa Agung memberitahukan bahwa dengan putusan peninjauan kembali di Mahkamah Agung, seluruh piutang TPN (PT Timor Putra Nasional) kembali menjadi hak pemerintah sehingga kita harus menagihnya," kata Rionald, Kamis (2/9).

Mahkamah Agung pada 2018 telah menolak permohonan peninjauank embali kedua yang diajukan oleh Timor. Hal ini termuat dalam Putusan Peninjauan Kembali (PK) Nomor 716 PK/PDT/2017 tanggal 13 Desember 2017.

Kementerian Keuangan dalam siaran pers 3 Agustus 2018 menjelaskan, kemenanganan di MA ini mengukuhkan hak pemerintah atas dana yang sudah disetor TPN ke negara Rp 1,2 trilun. Selain itu, terdapat Rp 2,3 triliun sisa utang TPN ke negara. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani pekan lalu mengatakan, Satgas BLBI akan terus melakukan pemanggilan para obligor dan debitor BLBI untuk menagih hak pemerintah. "Bila dipanggil satu kali tidak ada respons, dua kali tidak ada respons, maka memang kami mengumumkan ke publik dan kemudian akan dilakukan langkah selanjutnya," katanya pada 27 Agustus 2021.

Menteri Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD menjelaskan, debitur dan obligor yang tetap mangkir dari pemanggilan ketiga akan diupayakan untuk penyelesaian lebih lanjut. Namun, dia tidak menampik kemungkinan adanya jerat hukum jika sudah ditetapkan wanprestasi. 

Ia membuka peluang masalah ini diselesaikan secara pidana apabila memenuhi kondisi tertentu. Misalnya, memberikan keterangan palsu, mengalihkan aset yang secara sah sudah dimiliki negara, bahkan memalsukan dokumen.

Penyitaan aset debitur dan obligor BLBI. (Katadata)

Sejarah Mobil Timor

Perusahaan yang dibentuk di era Orde Baru ini merupakan bagian dari proyek mobil nasional alias mobnas. Pembentukannya sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 1996 tentang pembangunan industri mobil nasional.

Pada awal produksinya, Timor menjalin kerja sama dengan produsen otomotif asal Korea Selatan, Kia Motors. Ketika itu Timor tak mampu melakukan perakitan sehingga Kia mengimpor sepenuhnya mobil buatannya ke Indonesia.  

Melansir dari Bisnis.com, mobil pertama buatan Timor adalah S515  yang merupakan versi serupa dengan Kia Sephia. Produksi pertamanya pada 8 Juli 1996 dan meluncur perdana di Jakarta. 

Dalam sekejap, Timor berhasil mendominasi pasar mobil sedan. Harga S515 hanya Rp 35 juta, jauh lebih murah dari pesaingnya, Toyota Corolla, yang sekitar Rp 70 juta.

Tommy Soeharto, sebagai pendiri, disebut-sebut mendapatkan privilese dalam mengoperasikan Timor. Perusahaan berhasil mendapatkan pembebasan bea masuk dan pajak impor. 

Padahal, sesuai aturan yang dikeluarkan Presiden Soeharto, hanya produsen mobil yang memakai 60% kandungan lokal bisa mendapatkannya. Sedangkan, mobil Timor 100% produk impor, bahkan perakitannya.

Kondisi ini membuat produsen mobil Jepang dan negara lainnya protes. Mereka membawa masalah ini ke Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO. Organiasi ini lalu meminta Indonesia mencabut keputusan penghapusan bea masuk dan pajak barang mewah kepada Timor.

Kejayaan Timor hanya berlangsung setahun. Pada 1997, produksinya terhenti karena krisis moneter. Krisis ini pun mengguncang Korea Selatan sehingga Kia Motors pun mengalami kebangkrutan dan dibeli Hyundai apda 1998.

Tommy Soeharto  (mengangkat tangan). (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Perusahaan Milik Tommy Soeharto

Di samping Timor, Tommy juga diketahui memiliki beberapa perusahaan lain. Salah satunya adalah PT Humpuss. Perusahaan ini memiliki anak usaha yang bergerak dalam bidang pertambangan, distribusi migas, pelayaran, pertanian, manajemen aset, properti, dan lainnya. 

Pendiri Partai Berkarya itu menjabat sebagai komisaris utama dalam holding grup tersebut. Beberapa anak usahanya adalah PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk, PT Humpuss Pengolahan Minyak, PT Humpuss Patragas, dan PT Humpuss Trading. 

Humpuss Intermoda mengatakan tidak ada penyitaan aset perusahaan dari kasus BLBI. “Tidak ada dampak terhadap kondisi operasional dan non-operasional perseroan,” kata Direktur Utama Humpuss Kemal Imam Santoso dalam keterbukaan informasi, Jumat (17/9).

Kemal mengatakan, Tommy tidak terlibat dalam dalam praktik operasional karena tidak mengendalikan perusahaan secara langsung. "Perseroan dijalankan oleh tenaga-tenaga profesional dan independen, bebas intervensi dari pihak manapun," katanya.

Sebagai informasi, mayoritas saham Humpuss Intermoda dimiliki PT Humpuss 45,52%. Induk usaha itu dimiliki oleh dua putra mantan Presiden Soeharto dengan kepemilikan, yaitu Tommy Soeharto 60% dan Sigit Harjojudanto sebanyak 40%. 

Selain itu, Tommy juga memegang saham Humpuss Intermoda secara langsung sebesar 10,4%. Perusahaanjuga dimiliki secara langsung oleh PT Menara Cakra Buana sebesar 32,83% dan dimiliki masyarakat sebesar 11,25%. Namun, perseroan mengaku tidak memiliki akses untuk mengetahui nama pemegang saham Menara Cakra Buana.

Salah satu yang berkontribusi besar kepada Humpuss adalah penyewaan kapal pembawa gas alam cair (LNG). Bisnis ini sudah berlangsung sejak 1986 dan kerap mendapatkan kontrak dari Pertamina.

Distribusi LNG ini di bawah naungan PT GTSI Internasional, anak usaha Humpuss Intermoda. Perusahaan mengembangkan infrastruktur LNG di ranah domestik dan internasional. 

Mengutip laman resmi perusahaan, GTS memiliki dan mengoperasi kapalnya sendiri. Dalam waktu dekat perseroan berencana melakukan pencatatan sahamnya perdana ke publik atau IPO.

Tommy juga berkecimpung dalam dunia olahraga balap, dengan membangun Sirkuit Sentul, yang terletak di Bogor, Jawa Barat. Pembangunan dan pengelolaan sirkuit tersebut di bawah PT Sarana Sirkuitindo Utama. 

Sirkuit tersebut dibangun pada 1986 untuk perlombaan MotoGp pada 1996 dan 1997. Pada saat itu, Tommy menjabat sebagai Ketua Umum PB Ikatan Motor Indonesia. 

Humpuss juga memiliki maskapai Gatari Air Service, yaitu pesawat charter yang melayani penyewaan pesawat dan helikopter. Kantor maskapai tersebut terpusat di Bandara Halim Perdana Kusuma, dan melayani terutama penerbangan bisnis perusahaan perminyakan.

Di samping pelayaran, olahraga, dan penerbangan, Tommy juga mendirikan dan menjabat sebagai komisaris utama ritel toko Goro Super Grosir, yang berdiri di tahun 2018. 

Goro dikelola oleh PT Berkarya Makmur Sejahtera. Sejak Oktober 2018, perusahaan memiliki beberapa ritel Goro di Wonosobo, Surabaya, Tangerang, Bandung, dan Papua.

Penyumbang bahan: Amartya Kejora (magang)

Reporter: Abdul Azis Said, Ihya Ulum Aldin