Masyarakat Jakarta berpotensi menghasilkan limbah minyak jelantah lebih dari 525 ribu liter per bulannya di tahun 2020. Tingginya jumlah limbah ini menjadi dasar terbentuknya BeliJelantah, sebuah startup yang berfokus pada tata kelola limbah minyak jelantah, untuk kemudian diolah menjadi energi terbarukan biodiesel.
BeliJelantah telah berhasil mengumpulkan lebih dari 180 ribu liter minyak jelantah yang berasal dari ratusan hotel, restoran, dan industri makanan, serta dari ribuan masyarakat. Itu diperoleh dari Jakarta, Depok, Bekasi dan Tangerang.
"Selanjutnya (minyak jelantah) diberikan kepada perusahaan biodiesel, mitra yang bersertifikasi International Sustainability & Carbon Certification (ISCC),” kata CEO BeliJelantah, Faris Razanah Zharfan dalam keterangan resminya, pekan lalu.
Usaha BeliJelantah untuk mengurangi limbah turut menarik perhatian perbankan asal Singapura, yakni Bank DBS. Kedua pihak tersebut, kemudian berkolaborasi di mana Bank DBS turut andil memberikan dana hibah dan program pelatihan.
“Hal ini selaras dengan misi kami untuk recycle more, waste less dengan mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi mengurangi sampah di Indonesia dimulai dari hal yang sederhana,” ujar Head of Group Strategic Marketing & Communications Bank DBS Indonesia, Mona Monika.
Dampak Buruk Minyak Jelantah
Istilah minyak jelantah mengacu pada minyak yang sudah digunakan berkali-kali untuk memasak dan menggoreng. Dikutip dari Waste4Change, minyak yang telah digunakan berkali-kali ini dapat menimbulkan bahaya karena akan mengubah komposisisnya serta melepaskan akrolein, yaitu senyawa yang berpotensi membawa sifat karsinogenik (pembawa kanker).
Apabila dibuang begitu saja, minyak jelantah akan membawa masalah kepada lingkungan, seperti menyumbat pori-pori tanah, mencemari air, dan menyumbat saluran drainase. Apabila minyak jelantah dibuang ke tanah, maka pori-pori tanah akan tersumbat, menjadi keras, dan mengurangi kesuburan tanah. Selain itu, minyak juga akan mengapung di permukaan air dan menghalangi sinar matahari. Keadaan tersebut akan mengganggu fotosintesis tumbuhan dan menurunkan kadar oksigen yang diterima biota laut.
Dalam surve Katadata tahun 2019, Indonesia mengonsumsi sebanyak 13 juta liter minyak goreng per tahunnya dan 60,8% atau 7,8 liter berpotensi menjadi minyak jelantah dari rumah tangga.
Tips Mengelola Minyak Jelantah
BeliJelantah menjelaskan, ada beberapa cara untuk menambah nilai guna minyak jelantah, tiga di antaranya bisa diolah menjadi hal-hal bermanfaat untuk keperluan sehari-hari, seperti:
Sabun Batangan
Bahan untuk membuat sabun batangan ini antara lain minyak jelantah yang telah disaring, soda api, air, pewangi, dan pewarna makanan. Langkah pertama, tuangkan air ke dalam wadah dan taburkan soda api ke dalam air, lalu aduk secara perlahan. Kemudian, diamkan air hingga suhunya kembali dingin. Langkah kedua, masukkan minyak jelantah sedikit demi sedikit dan aduk lagi sekitar 10-15 menit hingga bahan merata dan mengental. Kemudian, tambahkan pewangi dan pewarna makanan lalu tuang ke dalam cetakan sabun, tunggu hingga bahan sabun mengeras. Setelah selesai, sabun dapat langsung digunakan untuk mandi maupun mencuci pakaian.
Lilin Aromaterapi
Untuk membuat lilin aromaterapi, jernihkan terlebih dahulu minyak jelantah dengan menggunakan ampas tebu selama dua hari. Setelah minyak menjadi jernih, tuangkan bubuk jeli dan cairan pengharum sesuai selera pribadi. Aduk dan tuang bahan ke dalam wadah yang tahan api. Tahap terakhir, tambahkan sumbu api di dasar lilin.
Selain untuk penggunaan pribadi, lilin aromaterapi dari minyak jelantah juga bisa dijadikan ide wirausaha.
Disumbangkan secara Tepat
BeliJelantah adalah salah satu pilihan tempat untuk menyumbangkan limbah minyak jelantah. Startup ini akan datang ke tempat Anda untuk membeli minyak jelantah dengan harga Rp 2.000 hingga Rp 4.000 per liter, minimal 10 liter. Minyak jelantah yang sudah dibeli ini akan disalurkan kepada perusahaan biodiesel tersertifikasi untuk kemudian diolah kembali.