Dunia tengah menghadapi pandemi Covid-19 dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Joko Widodo pun mengatakan, pandemi mengakibatkan keraguan pada seluruh pemimpin.
Keraguan muncul di benak para pemimpin lantaran pandemi juga diikuti dengan disrupsi teknologi dan revolusi industri 4.0. Kompleksnya permasalahan juga mengakibatkan kebijakan yang harus diambil berubah-ubah tiap hari.
"Betul-betul menyebabkan ketidakpastian global yang semakin meningkat, keragu-raguan semua pemimpin dalam memutuskan sesuatu," kata Jokowi dalam Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan di Bandung, Senin (17/1).
Bahkan, tidak ada negara yang telah mengalkulasikan masalah yang akan muncul seperti kelangkaan energi, pangan, hingga kontainer. Tantangan lainnya adalah inflasi di tingkat produsen yang bisa berdampak pada konsumen.
"Semua negara takut dengan yang namanya inflasi," ujar dia. Hal ini menyebabkan kompleksitas masalah muncul secara terus menerus.
Untuk itu, Mantan Wali Kota Solo itu menilai perlunya kepemimpinan global yang dapat membuat keputusan dengan tegas. Selain itu, ia juga bersyukur bahwa pandemi Covid-19 di Tanah Air telah menurun.
Pada Juli 2021, kasus corona harian di Indonesia mencapai 56.000. Sedangkan, kasus harian Covid-19 pada Minggu (16/1) sebanyak 855. "Kita bersyukur," ujar dia.
Menurutnya, kondisi ini terjadi lantaran masyarakat memiliki sikap gotong royong. Dengan demikian, warga saling membantu untuk menangani dampak pandemi. "Gotong royong itu yang tidak dimiliki oleh negara lain," kata Presiden.
Adapun, pandemi Covid-19 juga mendorong banyak pekerja di Indonesia yang beralih profesi, terutama ke sektor pertanian. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Bappenas menilai kondisi ini memberi sinyal negatif kepada prospek pertumbuhan ekonomi nasional dan target untuk menjadi negara maju.
"Dampak dari pandemi terhadap dunia kerja adalah adanya pekerja yang beralih ke sektor dengan produktivitas rendah dan ini tentu tidak baik untuk pertumbuhan jangka panjang ekonomi Indonesia," kata Deputi bidang Ekonomi Bappenas Amalia A Widyasanti dalam diskusi virtual, Selasa (11/1).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, kehutaan dan perikanan pada Agustus 2021 mencapai 37,13 juta orang. Jumlahnya turun lebih dari 1 juta orang dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kendati demikian jumlah ini masih lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi atau tahun 2019 sebanyak 35,45 juta orang.