Penanganan kasus Covid-19 di Indonesia masih menemui sejumlah tantangan. Salah satunya telemedisin yang belum bisa diakses cepat karena terganjal administrasi hasil tes dari laboratorium. Ternyata baru beberapa laboratorium yang telah terhubung National All Records (NAR) Kementerian Kesehatan.
Padahal, NAR memungkinkan hasil tes dari laboratorium terhubung dengan aplikasi lain seperti PeduliLindungi. Data dalam sistem ini juga menjadi basis pengobatan hingga perawatan pasien yang menjalani isolasi mandiri.
“Masalah yang ada saat ini, banyak laboratorium yang telat memasukkan data dan baru beberapa yang terhubung langsung dengan NAR,” kata Chief Digital Information Office (DTO) Kemenkes Setiaji kepada Katadata.co.id, Jumat (11/2).
Terkait belum semua laboratorium terhubung NAR, Setiaji menjelaskan, Kemenkes harus memastikan pemrograman antarmuka dari aplikasi (API) telah terintegrasi dengan aman. Selain itu, laboratorium perlu memastikan kemampuan teknisnya untuk terhubung sistem pelaporan tersebut.
Jika API sudah terintegrasi dengan baik maka data yang masuk dari laboratorium bisa berjalan cepat. “Karena laboratorium tinggal memasukkan dari sistem mereka dan otomatis terkirim ke PeduliLindungi,” katanya.
Sedangkan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan saat ini hasil yang didapatkan Kemenkes dari laboratorium masih kerap telat satu sampai dua hari. Oleh sebab itu Nadia meminta laboratorium segera mendaftar ke jejaring NAR. “Berdasarkan rekomendasi dinas kesehatan setempat,” katanya.
Sebelumnya pengobatan telemedisin untuk pasien Covid-19 mengalami kendala. Tak semua pasien yang hasil pemeriksaannya positif Covid-19 dapat memperoleh obat dari pemerintah dalam waktu cepat.
Seorang pasien Bernama Fitra sempat mengalami keterlambatan penanganan lantaran Nomor Induk Kependudukannya baru masuk Kemenkes dalam waktu hampir 12 jam. “Jadi tidak bisa masuk PeduliLindungi juga, enggak bisa urus obat (gratis dari Pemerintah),” katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (11/2).
Fitra awalnya menjalani tes Polyemerase Chain Reaction (PCR) di sebuah jaringan laboratorium yang terdaftar di Kementerian Kesehatan pada Kamis (10/2). Tes dilakukan menyusul hasil antigen reaktif Covid-19 yang diterimanya pada Selasa (8/2).
Jumat (11/2) pagi, ia menerima kabar dari laboratorium bahwa hasil tes PCR-nya dinyatakan positif Covid-19. Berbekal hasil tersebut, Fitra lalu memeriksa NIK-nya ke laman resmi isolasi mandiri Kemenkes. “Hasilnya, NIK anda tidak ditemukan,” katanya.
Karena namanya belum masuk, ia tak bisa mengakses telemedisin yang disediakan oleh 17 platform penyedia yang digandeng Pemerintah. Fitra juga terpaksa mengandalkan resep dokter yang didapatkannya sendiri demi meredakan gejala Covid-19 yang dialami
Fitra juga telah berusaha bertanya ke laboratorium tempatnya tes hanya untuk mendapatkan jawaban bahwa hasil tesnya telah dimasukkan ke dalam sistem Kemenkes.