Hari Kartini, Momentum Pengingat Emansipasi Wanita

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/rwa.
RA. Kartini, pahlawan nasional yang memperjuangkan emansipasi wanita
Penulis: Siti Nur Aeni
21/4/2022, 11.16 WIB

Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini merupakan perempuan Jawa yang menjadi pahlawan Indonesia. Beliau dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Indonesia. R.A. Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879. Kini, tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hari Kartini.

Kartini merupakan tokoh wanita inspiratif yang berjuang memperjuangkan hak perempuan Indonesia. Bagaimana kisah perjuangan R.A. Kartini? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Sejarah Perjuangan RA Kartini

Menurut penjelasan di jurnal Chronologia Vol. 2 No. 2, RA Kartini merupakan tokoh yang meletakan dasar perjuangan perempuan di Indonesia. Beliau merupakan anak dari Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Sosroningrat.

Sebagai anak Bupati, Beliau memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar, khususnya kaum perempuan. R.A. Kartini memiliki keberanian yang melempaui perempuan pada saat itu. Maka tak heran jika Beliau menjadi perlopor yang menegakkan tonggak perjuangan perempuan.

Perjuangan RA. Kartini terhimpun dalam surat-suratnya yang kemudian dikumpulkan menjadi buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Surat-surat yang ditulis Kartini berisi perlawanan dan kritik sosial atas kesewenang-wenangan yang dilakukan kaum laki-laki saat itu.

Kartini memprotes keras waktu paksa yang banyak merugikan perempuan. Kartini beranggapan bahwa pernikahan harus berlandaskan cinta antara kedua insan. Sehingga tidak boleh dipaksakan oleh pihak mana pun.

Tak hanya itu, sejumlah pesan Kartini juga menerangkan bahwa pendidikan merupakan satu-satunya hal yang bisa membuat perempuan merdeka dan berdikari. Pendidkan berfungsi untuk memerdekakan dan memartabatkan perempuan.

Pendidikan Menurut RA Kartini

Pendidikan menjadi salah satu hal yang diperjuangkan Kartini. Pasalnya, pada saat itu masih banyak perempuan yang belum bisa mengenyam pendidikan. RA. Kartini menjadi perempuan yang beruntung karena berkesempatan mengenyam pendidikan walaupu hanya tingkat Elementary School yaitu Europesche Lagere School.

Dalam Jurnal Humanitas Vol. 7 No. 1 diterangkan bahwa, tujuan pendidikan perempuan RA Kartini adalah untuk menjadikan kaum perempuan lebih cakap, mandiri, dan mampu menjalankan kewajiban dalam masyarakat.

Kepedulian Kartini terhadap pendidikan membuat dirinya akhirnya mendirikan sekolah yang kemudian dikenal dengan nama Sekolah Kartini. Sekolah ini dibuka oleh Kartini dan Rukmini pada tahun 1903.

Sekolah Kartini merupakan lembaga pendidikan khusus perempuan yang didirikan Kartini di Jepara. Pada awal berdiri, hanya ada sembilan orang. Namun seiring berjalannya waktu, murid Sekolah Kartini semakin bertambah.

Materi yang diajarkan di sekolah ini yaitu membaca, menulis, menjahit, dan lain sebagainya, sesuai konsep pendidikan yang digagas oleh Kartini. Kurikulum di sekolah ini tidak melibatkan kurikulum pemerintah, karena tujuannya bukan hanya untuk memberikan pendidikan umum saja, melainkan bertujuan juga untuk mengajarkan budi pekerti.

Sekolah Kartini juga mengajarkan materi agama. Alasan Kartini mengajarkan agama yaitu karena agama memiliki peran besar bagi perdaban manusia. Setelah ada kebijakan Politis Etis, jalan Kartini untuk memberikan pendidikan semakin terbuka.

Walaupun memberikan banyak dampak positif kepada banyak perempuan, namun karena kekurangan dana finansial, akhirnya Sekolah Kartini terpaksa dibubarkan. Saat RA Kartini wafat, terdapat kegiatan pengumpulan dana yang kemudian digunakan untuk membangun kembali Sekolah Kartini.

Hingga akhirnya pada tahun 1913, didirkan Sekolah Kartini pertama di Semarang dan Jakarta. Kemudian disusul pendirian Sekolah Kartini di daerah lain.

Selain mendirikan sekolah, pendidikan menurut Kartini juga tertuang dalam lima konsep pendidikan perempuan. Berdasarkan penjelasan di jurnal Chronologia Vol. 2 No. 2, berikut lima konsep pendidikan perempuan menurut Kartini.

  1. Perempuan merupakan tempat pendidikan pertama. Secara kodrati perempuan mempunyai rahim yang menjadi sumber kelahiran insan. Maka dari itu, menusia pertama yang bertanggung jawab dalam mendidik seorang anak yaitu ibunya.
  2. Perempuan merupakan pembawa peradaban.
  3. Pendidikan itu mendidik budi dan jiwa. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya memberikan pencerahan intelektual, namun juga bisa membentuk emosional.
  4. Pendidikan yang sama antara perempuan dan laki-laki berguna untuk memajukan bangsa. Pendidikan juga menjadi hal yang penting untuk membangun kesatuan hidup berbangsa. Dengan kata lain, jika pendidikan antara laki-laki dan perempuan setara, maka tujuan bersama yang akan dicapai menjadi lebih mudah.
  5. Pendidikan merupakan bagian dari cinta tanah air.

Perjuangan RA Kartini menjadi bagian dari sejarah Hari Kartini. Atas segala perjuangan yang dilakukannya, akhirnya pemerintah melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, resmi menetapkan Hari Kartini dan menjadikan RA. Kartini sebagai pahlawan kemerdekaan nasional.

Hari Kartini menjadi memontum untuk mengingat perjuangan emansiapsi wanita yang dilakukan oleh RA. Kartini. Dengan memperingati Hari Kartini, harapannya semangat Kartini selalu menyertai seluruh perempuan Indonesia.