Presidensi G20 RI Dorong Agenda Literasi Keuangan Digital Anak Muda

Y20 Indonesia
Acara Pra-KTT Y20 Indonesia 2022.
Penulis: Happy Fajrian
29/4/2022, 18.57 WIB

Indonesia mendorong agenda peningkatan literasi digital dan literasi keuangan digital di kalangan anak muda melalui Presidensi G20. Peningkatan ini dinilai bisa menjadi kunci untuk memajukan bangsa dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19.

Juru Bicara Presidensi G20 Indonesia, Maudy Ayunda, mengatakan bahwa pemerintah sudah banyak memiliki program untuk meningkatkan literasi keuangan digital bagi anak muda agar platform digital bisa digunakan untuk kegiatan yang produktif.

“Mengapa isu keuangan digital menjadi fokus? Selama pandemi Covid-19 layanan keuangan digital mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, tapi potensinya masih belum terpenuhi,” kata Maudy melalui tayangan video yang disiarkan akun YouTube Sekretariat Presiden, dikutip pada Jumat (29/4).

Dia mengungkapkan bahwa menurut laporan Bank Dunia, rata-rata orang Indonesia menghabiskan 6-9 jam untuk beraktivitas online, tapi dari durasi tersebut hanya 3% yang memiliki nilai komersial, atau hanya 11-16 menit.

“Sangat jelas kita banyak menggunakan internet tapi kita tidak cukup bertransaksi secara daring. Maka dari itu peningkatan dan penguatan literasi digital dan literasi keuangan digital di kalangan anak muda sangatlah penting. Jika anak muda memahami penggunaannya, kita bisa merencanakan pembiayaan masa depan, mengembangkan pendidikan, keterampilan, bahkan bisnis,” ujarnya.

Apalagi selama masa pandemi Covid-19 digitalisasi di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Ada banyak layanan-layanan yang sebelumnya hanya bisa diakses secara langsung, kini bisa didapatkan secara daring (online) dengan sentuhan jari mulai layanan transportasi, kesehatan hingga keuangan.

Dengan kekuatan digitalisasi seperti itu pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi sebenarnya bisa didapatkan dengan mudah. Apalagi mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) persentase anak muda produktif di Tanah Air kini mencapai 52%.

“Bayangkan jika semua anak muda melek digital. Dengan jumlah tersebut tentu akan menjadi efek bola salju untuk memajukan bangsa,” katanya.

Meski begitu ia tidak menutup mata dan melihat masih ada tantangan yang besar untuk mencapai hal tersebut salah satunya kesenjangan infrastruktur digital yang membuat akses internet tidak merata disemua daerah.

Berdasarkan riset Indonesia Youth Diplomacy dan CINT 2021, 61% anak muda di negara anggota G20 masih mengalami kesulitan dalam akses digital, seperti tak memiliki akses internet, koneksi yang tidak stabil dan lambat, atau harga konektivitas yang belum terjangkau.

Maudy juga menyampaikan bahwa peningkatan literasi keuangan digital diharapkan dapat memudahkan dan mengamankan proses transaksi dan data di dunia digital.

Harapan itu muncul berkaca dari data Bank Dunia yang menunjukkan masih ada 59% masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses keuangan, bahkan tidak mengetahui manfaat menggunakan layanan keuangan digital.

"Ini mengapa kita perlu mendorong kesadaran digital agar lebih banyak masyarakat dan anak muda yang dapat langsung merasakan manfaatnya,” ujar Maudy.

Pemerintah secara nasional, sebenarnya sudah bergerak aktif untuk mengatasi kesenjangan dan membuka akses kepada literasi digital termasuk mengenai keuangan digital.

Dari segi infrastruktur, untuk menciptakan kesetaraan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menghadirkan jaringan komunikasi "backbone" serat optik di seluruh Indonesia dengan proyek Palapa Ring 2019.

Pembangunan menara- menara Base Transceiver Station (BTS) untuk menangkap jaringan komunikasi yang lebih baik khususnya di kawasan 3T pun kini semakin gencar dilakukan.

Di samping itu, terkait literasi digital dan literasi keuangan digital pemerintah juga menyediakan beragam program. Untuk keterampilan dasar, pemerintah memberikan bekal berupa Gerakan Literasi Digital Nasional.

Sementara untuk pembahasan spesifik keuangan digital, Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghadirkan "Digital Financial Literacy". Simak databoks berikut:

Meski demikian diperlukan kolaborasi yang lebih nyata dan dukungan lebih banyak pihak agar literasi digital dan literasi keuangan bisa dicapai dengan baik khususnya bagi para generasi penerus di masa depan. Hal ini tidak hanya dialami oleh Indonesia saja, namun juga negara- negara lain di dunia terutama untuk negara berkembang.

Forum Youth 20 (Y20) yang diikuti oleh para anak muda dari negara- negara anggota G20 menjadi salah satu forum yang tepat untuk membicarakan isu- isu global agar bagi para penerus masa depan dunia ditemukan formula dan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tak terkecuali mengenai literasi keuangan digital.

Selama Presidensi G20 Indonesia, perwakilan Indonesia untuk Y20 pun sudah aktif menggelar diskusi dalam banyak bentuk termasuk salah satunya pra-KTT ke-2 yang telah berlangsung pekan lalu di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Dalam pra-KTT itu, literasi keuangan digital menjadi salah satu topik yang dibahas dan menjadi prioritas bahasan sehingga bisa menghasilkan solusi nyata bagi masa depan dunia.

Puncak pertemuan Y20 Indonesia 2022 adalah KTT yang rencananya akan digelar pada Juli 2022 di dua lokasi, yaitu DKI Jakarta dan Bandung Jawa Barat.

Sebelum puncak pertemuan tersebut, akan digelar pra KTT pada Mei 2022 di Balikpapan Kalimantan Timur, dan Juni 2022 di Manokwari Papua Barat. Isu yang akan diusung adalah ketenagakerjaan pemuda, transformasi digital, planet yang berkelanjutan dan layak huni, serta keragaman dan inklusi.

Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.