Pada awal Mei, Kementerian Pertanian (Kementan) resmi menetapkan sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh dan Jawa Timur sebagai daerah terdampak wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK pada hewan ternak. Wabah ini berkembang sangat cepat.
Bahkan, per 11 Mei 2022, Satgas Pangan Jawa Timur telah mencatat 3.481 sapi yang terinfeksi PMK. Jumlah ini setara dengan 0,25% dari total populasi sapi di Jawa Timur. Dari seluruh sapi yang terdampak PMK, Satgas Pangan mencatat 1,6% atau 54 sapi dinyatakan mati.
Penyakit mulut dan kuku hewan ternak menjadi wabah yang patut diwaspadai. Lantas, apakah yang menyebabkan wabah ini terjadi? Dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Apa Itu Penyakit Mulut dan Kuku?
Berdasarkan penjelasan di jurnal WATAZOA Vol. 3, No. 2, diterangkan bahwa penyakit mulut dan kuku adalah penyakit hewan yang cepat menular dan menyerang hewan berkuku belah, seperti sapi, kerbau, domba, kambing, domba, babi, rusa/kijang, onta, dan gajah.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Foot Mouth Disease yang termasik dalam famili Picornaviridae dan genus Aphtovirus. Sel yang terinfeksi virus PMK akan membentuk protein virus dan terjadi perbanyakan RNA virus.
Apabila jumlah RNA sudah banyak, maka fungsi RNA ini berubah menjadi mRNA sebagai pola untuk perbanyakan RNA virus. Pola perbanyakan ini berbeda dengan virus lainnya. Sebelum dimulailnya pembentukan protein virus, umumnya akan terbentuk penyusunan gen virus terlebih dahulu.
Virus penyebab penyakit mulut dan kuku pada sapi ini dapat bertahan hidup di lingkungan tergantung dari situasi dan kondisi suhu serta tingkat kemasaman. Virus ini termasuk stabil dan infeksif apabila masih berada di lapisan kulit, cairan lendir, dan terhindar dari paparan sinat matahari atau pada suhu yang relatif rendah.
Gejala Klinis Penyakit Mulut dan Kuku
Wabah PMK dapat menginfeksi hewan domestik maupun liar. Gejala klinis dari penyakit ini cukup bervariasi dengan masa inkubasi umumnya berkisar 2 -8 hari.
Umumnya, hewan yang mengalami PMK mengalami gejala seperti demam mencapai 39 derajat Celcius selama beberapa hari, tidak nasfu makan, serta terdapat lesi di mulut dan keempat kakinya. Lesi ini berbentuk lepuhan di permukaan selaput lendir mulut, termasuk lidah, gusi, pipi bagian dalam, dan bibi.
Lesi pada kaki terlihat jelas di tumit, celak kuku, dan sepanjang coronary bands kuku. Pada hewan babi yang mengalami PMK, lesi banyak ditemukan di kaki atau tercak kaki dan biasanya babi mengalami kelemahan.
Sementara itu, gejala penyakit mulut dan kuku pada sapi perah bisa terlihat dari penurunan produksi susu. Pada domba, kambing, dan rusa, lesi berupa lepuh kecil dan sulit dilihat sehingga butuh pengamatan secara teliti.
Cara Pengobatan Penyakit Mulut dan Kaku
Melansir dari situs bogorkab.go.id, jika hewan ternak sudah mengalami penyakit mulut dan kuku, maka ada beberapa cara pengobatan dan pengendalian penyakit ini. Berikut penjelasannya.
- Potong dan buang jaringan dari tubuh hewan yang terinfeksi.
- Kaki yang terlanjur terinfeksi di terapi dengan chloramphenicol atau dapat juga diberikan larutan cuprisulfat.
- Injeksikan intravena preparat sulfadimidine.
- Selama masa pengobatan, hewan yang terinfeksi harus dipisahkan dari hewan yang sehat.
- Hewan yang sehat harus ditempatkan pada lokasi kering dan dibiarkan bebas jalan-jalan serta diberi pakan cukup untuk meningkatkan imun tubuhnya.
- Pada kaki hewan ternak yang sehat, olesi larutan cuprisulfat 5% setiap hari selama seminggu. Kemudian, lakukan terapi seminggu sekali sebagai upaya pencegahan PMK.
Cara Mencegah Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak
Masih melansir dari bogorkab.go.id, terdapat dua cara untuk mencegah penyakit mulut dan kuku. Cara yang pertama yaitu dengan biosekuriti dan cara kedua menggunakan langkah medis. Berikut penjelasannya.
Pencegahan Lewat Biosekuriti
- Perlindungan di zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas, dan melaksanakan surveilans.
- Memotong hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan yang berkemungkinan kontak dengan agen PMK.
- Melakukan desinfeksi aset dan selutuh material yang terinfeksi mulai dari perlengkapan kandang, mobil, baju, dan lain sebagainya.
- Memusnahkan bangkai, sampah, dan seluruh produk hewan di area yang terinfeksi.
- Melakukan karantina hewan.
Pencegahan dengan Cara Medis
Tindakan pencegahan secara medis pada daerah tertular dan belum tertular berbeda. Berikut penjelasannya.
Pencegahan di daerah tertular
- Melakukan vaksin virus aktif yang mengandung adjuvant.
- Kekebalan enam bulan setelah dua kali vaksin. Sebagian tergantung pada antigen yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah
Pencegahan daerah bebas
- Pengawasan lalu lintas ternak.
- Pelarangan masuknya ternak dari wilayah tertular.