Tiga Fenomena Supermoon akan Terjadi Sebulan ke Depan, Ini Jadwalnya

ANTARA FOTO/REUTERS/Eduardo Munoz/AWW/sa.
Bulan purnama, yang dikenal sebagai "Super Pink Moon", naik di atas cakrawala New York dan Empire State Building, seperti yang terlihat dari West Orange, di New Jersey, AS, Senin (26/4/2021).
Penulis: Happy Fajrian
12/6/2022, 09.51 WIB

Tiga fenomena antariksa yang cukup langka dapat disaksikan di langit Indonesia mulai 14 Juni hingga 14 Juli 2022. Ketiga fenomena tersebut yaitu full strawberry supermoon (purnama stroberi super), new strawberry supermoon (bulan baru stroberi mikro), dan full buck supermoon (purnama rusa super).

Peneliti Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang, mengatakan bahwa full strawberry supermoon merupakan purnama yang terjadi pada Juni. Sedangkan full buck supermoon adalah purnama yang terjadi pada Juli. Definisi ini juga dipakai untuk fase bulan baru.

Andi menjelaskan bahwa penamaan ini berasal dari penanda musim dan perilaku hewan yang timbul pada musim-musim tertentu bagi penduduk asli Amerika.

“Penamaan ini berasal dari The Farmer’s Almanac (almanak petani amerika). Pada Juni panen stroberi, sedangkan pada Juli rusa jantan muda mulai tumbuh tanduknya,” kata Andi dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (12/6).

Andi menjelaskan, penyebab sebenarnya purnama kali ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan bulan purnama super (full supermoon) atau yang secara teknis disebut purnama perige (perigeal full moon).

Sedangkan untuk bulan baru stroberi bertepatan dengan bulan baru mikro (new micromoon) atau bulan baru apoge (apogeal new moon).

“Bulan baru mikro kali ini diapit oleh dua bulan purnama super yang terjadi pada dua bulan berturut-turut. Fenomena ini terakhir kali terjadi pada 2004 dan 2013. Sehingga bisa dikatakan fenomena ini terjadi setiap sembilan tahun sekali. Fenomena ini akan terjadi lagi pada 2031 dan 2040,” lanjutnya.

Lebih rinci, Andi membeberkan, full strawberry supermoon akan terjadi pada 14 Juni 2022 pukul 18.51 WIB/19.51 WITA/20.51 WIT, pada jarak 357.368 km. Sedangkan new strawberry supermoon akan terjadi pada 29 Juni 2022, pukul 09.52 WIB/10.52 WITA/11.52 WIT, pada jarak 406.569 km.

Lalu, untuk full buck supermoon akan terjadi pada 14 Juli 2022, pukul 01.57 WIB/02.57 WITA/03.57 WIT, pada jarak 357.418 km.

Andi menambahkan, untuk new strawberry supermoon tidak dapat disaksikan sebelum matahari terbit, dikarenakan terbitnya yang lebih lambat dibandingkan matahari dan permukaan bulan yang menghadap bumi tidak terkena cahaya matahari sehingga tampak gelap.

“Untuk menyaksikan fenomena ini, masyarakat cukup arahkan pandangan sesuai arah terbit hingga terbenamnya bulan pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Fenomena ini bisa diamati tanpa perlu bantuan alat optik apapun, kecuali jika ingin mengabadikannya dalam bentuk foto ataupun video,” ujarnya.

Seperti pada fase bulan baru pada umumnya, tambah Andi, ketiga fenomena supermoon ini dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

“Adanya konfigurasi matahari-bumi-bulan atau bisa juga matahari-bulan-bumi yang berada di posisi segaris membuat timbulnya pasang yang lebih besar. Apalagi konfigurasi ini juga diperkuat dengan bulan yang berada di titik terdekatnya dengan bumi,” ujar Andi.

Pasang laut tertinggi akan terjadi pada 14 Juni dan 14 Juli, sehingga disarankan bagi nelayan untuk tidak melaut di dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena ini, yakni antara 12-16 Juni, dan 12-16 Juli 2022.

“Perhitungan ini hanya mempertimbangkan faktor astronomis saja tanpa melihat gelombang laut akibat badai angin,” lanjut Andi.

Andi juga mengingatkan bahwa pasang laut pada 29 Juni 2022 secara astronomis juga perlu dipertimbangkan.

“Gaya pasang laut saat bulan baru mikro adalah sebesar 52% dari gaya pasang laut saat bulan perbani super. Sehingga perlu diwaspadai juga pasang laut ini antara dua hari sebelum dan dua hari sesudah puncak fenomena ini, yaitu antara 27 Juni hingga 1 Juli 2022,” tukas Andi.