Rapat Kerja Nasional (Rakernas) telah sampai pada babak akhir. Pada penutupan ini, Nasdem pun mengumumkan tiga nama yang akan menjadi bakal calon presiden (capres) untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Pertama, Anies Rasyid Baswedan, kedua Mohammad Andika Perkasa, ketiga Ganjar Pranowo," ujar Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh, membacakan tiga nama rekomendasi Rakernas, saat menutup Rakernas Nasdem di di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (17/6) malam.
Menurut Paloh, tiga nama yang terjaring dari aspirasi kader Nasdem dan menjadi pilihan Rakernas ini, meskipun memiliki urutan tetapi secara kualifikasi mempunyai nilai yang sama.
Selanjutnya, ketiga nama ini akan dibahas lagi untuk memunculkan satu nama capres dari Nasdem. "Insya Allah kita akan tetapkan satu, waktu dan tempatnya kita cari bulan baik," jelasnya.
Surya Paloh pun menjelaskan alasan di balik proses pemilihan bakal capres yang dilakukan jauh hari sebelum proses pendaftaran capres. Hal ini berbeda dengan kebiasaan sebelumnya, di mana nama-nama capres muncul menjelang penutupan pendaftaran capres dan setelah koalisi terbentuk.
"Kalau ada yang bertanya kenapa malam hari ini Nasdem sudah mempersiapkan capres 2024 yang akan datang. Jawabannya sederhana, karena kita tahu diri," jelas Paloh.
Sebab meski telah mengumumkan bakal capres pilihannya, Nasdem tak bisa langsung mengajukan nama-nama tersebut. Ini disebabkan perolehan suara NasDem, belum memenuhi ambang batas pencalonan yang diamanatkan Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, yaitu sebesar 20 persen.
Perolehan suara NasDem pada Pemilu 2019 untuk anggota legislatif di tingkat pusat mencapai 9,05 persen, sehingga masih perlu untuk membangun koalisi dengan partai lain.
"Kita tidak bisa bekerja dalam speed yang sama, kita tidak bisa bekerja seperti itu, kita tahu punya banyak kelemahan, kita belum memenuhi persyaratan," ucapnya.
Untuk itu, Nasdem perlu bekerja lebih keras untuk dapat memenuhi tujuannya, tak hanya memenangkan Pemilu 2024, tetapi juga mewujudkan bangsa yang lebih baik.
"Siapapun yang kita putusakan nanti, tentu kewajiban saya sebagai ketua umum, chief of command, sebagai kapten yang bertanggung jawab, saya harus berikhtiar sepenuh hati," katanya.
Nama capres Nasdem, meskipun berasal dari usulan tingkat bawah di Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), mereka terpilih berdasarkan potensi untuk memenangkan Pemilu. Sebab pemilihan nama ini bukan berasal dari hasil voting dengan mekanisme melihat suara tertinggi.
Dalam proses penjaringan calon pemimpin ini, Ketua Umum Surya Paloh ingin mendulang aspirasi usulan nama capres dari tingkat bawah. Sebanyak 34 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) berhak mengusulkan minimal tiga dan maksimal lima nama.
Nama-nama tersebut akan dibahas pada rapat pleno Dewan Pimpinan Pusat (DPP), untuk mengerucutkan menjadi tiga nama yang akan diumumkan Paloh pada penutupan Rakernas.
"Setelah melalui rakernas steering commitee telah menggodok tiga nama, tida nama itu tentu sesuai dengan kriteria yang diinginkan ketum dan pasti memenuhi persyaratan yang diajukan partai nasdem," ujar ketua Steering Commitee Rakernas Partai Nasdem, Prananda Surya Paloh.
Dalam menyampaikan aspirasinya pada Kamis (16/6), mayoritas DPW mengusulkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menjadi capres. Berdasarkan laporan dari 34 DPW Nasdem, Anies diusulkan oleh 32 DPW. Kemudian terdapat nama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang diusulkan 29 DPW. Selanjutnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mendapatkan usulan dari 16 DPW.
Selanjutnya terdapat nama tokoh dari kalangan internal Nasdem, yaitu Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Rachmat Gobel, dengan usulan dari 14 DPW, dan Panglima TNI Andika Perkasa yang diusulkan 13 DPW.
Selain kelima nama tersebut, beberapa DPW ada juga yang mengusulkan nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, hingga Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD)Jenderal TNI Dudung Abdurachman.
Dari internal NasDem, selain Rachmat Gobel, DPW juga mengusulkan nama Ahmad Sahroni, Syahrul Yasin Limpo, Lestari Moerdijat, Ahmad Ali, termasuk juga Prananda Surya Paloh.