7 Pahlawan Revolusi Korban G30S Ini Ditemukan dalam Lubang Buaya

kominfosandi.kamparkab.go.id
Ilustrasi, Monumen Pahlawan Revolusi yang terletak di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Monumen ini dibangun untuk mengingat perjuangan 7 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI
Editor: Intan
30/9/2022, 05.41 WIB

4. Letjen Anumerta S. Parman

Letnan Jenderal Anumerta Siswondo Parman lahir pada 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah. Ia bekerja sebagai Jawatan Kenpeitai selama masa pendudukan Jepang. Bahkan, ia sempat dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.

Pasca kemerdekaan Indonesia, S. Parman diangkat sebagai Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara di Yogyakarta. Kemudian pada bulan Desember 1949 diangkat sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. S. Parman juga pernah belajar di Military POlice School di Amerika Serikat pada tahun 1951.

Sepulang dari AS, S . Parman menjabat sebagai Atase Militer RI di London dan lima tahun kemudian bertugas sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat dengan pangkat mayor jenderal.

Pemberontakan G30S PKI yang terjadi pada 1 Oktober 1965 mengakibatkan S. Parman terbunuh dan dibuang ke Lubang Buaya. Kini, S. Parman dikenal sebagai Pahlawan Revolusi korban G30S PKI yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

5. Mayjen TNI Anumerta D. I. Pandjaitan

Mayor Jenderal Anumerta Donald Isaac Panjaitan Lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Pada masa pendudukan Jepang ia belajar di pendidikan militer Gyugun, kemudian ditempatkan di Pekanbaru, Riau.

Setelah Indonesia Merdeka, Pandjaitan ikut membentuk TKR dan diangkat sebagai Komandan Batalyon. Pada tahun 1948, ia menjabat sebagai Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, kemudian sebagai Kepala Staf Umum IV Komandan Tentara Sumatera.

Selama Agresi Militer Belanda II, D.I Pandjaitan bertugas sebagai Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), kemudian menjabat Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium I Bukit Barisan di Medan.

D.I Pandjaitan sempat menjabat beberapa jabatan sebelum akhirnya diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat dan mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat. Pada 1 Oktober 1965 Brigadir Jenderal D. I. Panjaitan diculik dan dibunuh oleh PKI. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

6. Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo

Mayjen Anumerta Sutoyo Siswomiharjo lahir pada 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang, ia bersekolah di Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta, kemudian menjadi pegawai negeri di Kantor Kabupaten di Purworejo.

Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, Siswomiharjo bergabung dengan TKR di bagian Kepolisian, lalu menjadi anggota Corps Polisi Militer. Selanjutnya, ia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Subroto dan kemudian menjadi Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo.

Setelah itu, Siswomiharjo berturut-turut menjadi Kepala CPM Yogyakarta dan Komandan CPM Detasemen III Surakarta, Kepala Staf Markas Besar Polisi Militer 1954 dan tahun 1956 Asisten Atase Militer RI untuk lnggris.

Pada tahun 1961, Siswomiharjo bertugas sebagai Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat. Pada pagi dini hari tanggal 1 Oktober 1965, Siswomiharjo diculik dan dibunuh oleh pemberontak PKI karena ia tidak setuju dengan rencana pembentukan Angkatan Kelima.

Jenazah Siswomiharjo dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Kini ia dikenang sebagai Pahlawan Revolusi korban G30S PKI.

7. Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean

Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean lahir 21 Februari 1939 di Jakarta. Pada tahun 1962, ia selesai mengikuti pendidikan di Akademi Militer Jurusan Teknik, kemudian menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan.

Pierre Tendean ikut bertugas menyusup ke daerah Malaysia, kemudian pada bulan April 1965, ia diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution.

Saat terjadi pemberontakan PKI, Pierre Tendean sedang berada di rumah Jenderal AH. Nasution dimana ia ditangkap dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Halaman: