Hasil survei lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), menunjukkan peluang Puan Maharani dalam pemilihan presiden 2024 mendatang terbilang tipis. Direktur Riset SMRC, Deni Irvani mengatakan berdasarkan beberapa simulasi yang dilakukan elektabilitas Puan jauh tertinggal di bawah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Dalam simulasi semi-terbuka, nama Ganjar Pranowo mendapat dukungan paling besar yaitu 24 persen,” ujar Deni seperti dikutip Senin (24/10).
Pada urutan kedua nama yang banyak dipilih adalah Prabowo Subianto dengan suara 21 persen diikuti Anies Baswedan dengan suara 18,7 persen. Sedangkan Puan Maharani hanya memperoleh suara di bawah 4 persen bersama sejumlah tokoh lain seperti Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Muhaimin Iskandar.
Saat ini sejumlah elit PDIP yang tergabung dalam Dewan Kolonel menyebut Puan Maharani disebut-sebut menjadi salah satu calon presiden dari PDIP. Sebagai tandingannya juga ada sejumlah kader PDIP yang tergabung dalam Dewan Kopral mendeklarasikan dukungan pada Ganjar Pranowo. Meski begitu, hingga saat ini Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan nama yang akan diusung sebagai capres pada pilpres 2024 mendatang.
Menurut Deni, saat tim SMRC mengeluarkan nama Ganjar dari simulasi, Puan tetap berada di urutan terbawah. Pada simulasi empat nama capres, Puan hanya mendapatkan 9,3 persen suara, unggul dari Airlangga Hartarto sebanyak 5,4 persen, namun tertinggal dari Prabowo Subianto 36,2 persen dan Anies Baswedan 29,7 persen.
“Jadi, tidak langsung otomatis ada limpahan suara dari pendukung Ganjar ke Puan ketika Ganjar tidak maju, itu yang kami lihat,” ujar Deni.
Selain itu dalam simulasi tiga nama capres Puan masih menempati posisi paling bawah dengan perolehan 10,4 persen. Raihan ini jauh di bawah Prabowo dengan suara 39,3 persen dan Anies 31,2 persen.
Deni mengatakan simulasi tiga nama yaitu Prabowo, Anies dan Puan telah dilakukan sejak Desember 2021 lalu. Secara urutan nama Prabowo masih konsisten di urutan pertama disusul Anies di urutan kedua, dan Puan masih di urutan ketiga.
“Dukungan untuk Puan juga tidak mengalami perubahan yang berarti menurut survei kami dari waktu ke waktu,” ujar Deni.
Menurut Deni, dari berbagai simulasi yang dilakukan peluang Ganjar untuk menang lebih besar. Bahkan, bila Ganjar tak diusung oleh PDIP jadi capres, Gubernur Jawa Tengah dua periode itu masih bisa maju dari perahu Koalisi Indonesia Bersatu. Menurut Deni, bila Ganjar maju dari KIB dan Puan tetap diusung oleh PDIP maka Ganjar unggul pada semua simulasi survei.
Pada simulasi pertama empat pasangan, Ganjar unggul dengan perolehan 30,1 persen mengalahkan Prabowo yang meraih 26,4 persen. Selanjutnya ada Anies dengan suara 25,1 persen dan Puan hanya 5,6 persen. Sementara 12,8 persen responden menjawab tidak tahu/tidak menjawab.
“Dalam konteks ini, bisa saja kemungkinan ini terjadi, Ganjar katakanlah bisa maju lewat koalisi KIB, Prabowo Subianto maju lewat Gerindra dan PKB, Anies misalnya dari NasDem, PKS, dan Demokrat, kemudian Puan Maharani PDIP,” katanya.
Dua Putaran
Menurut Deni, dalam simulasi survei dengan tiga capres maka Ganjar akan kembali unggul dengan memperoleh 32,1 persen. Ganjar unggul tipis dari Prabowo yang meraih 27,5 persen dan Anies 26 persen. Dengan perolehan ini maka Deni memprediksi pilpres akan berlangsung dua putaran karena belum ada yang meraih suara 50 persen.
“Bisa Ganjar dan Prabowo, atau bisa Ganjar dengan Anies, atau bahkan bahkan juga bisa Prabowo Anies. Jadi masih terbuka kemungkinan, walaupun kecenderungan Ganjar unggul itu lebih kelihatan,” ujar Deni.
Sebagai informasi, survei nasional tersebut dilakukan pada 3-9 Oktober lalu, menggunakan metode multistage random sampling, melibatkan 1027 responden berusia 17 tahun ke atas yang diwawancarai secara langsung, degan margin of error sebesar +/-3,1%.