Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 diprediksi berkontribusi sebesar US$ 533 juta atau sekitar Rp7,4 triliun pada produk domestik bruto (PDB), termasuk juga peningkatan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun. Manfaat penyelenggaran KTT G20 tersebut lebih besar 1,5 hingga dua kali lipat dari penyelenggaraan Annual Meeting International Monetary Fund atau IMF yang diselenggarakan di Bali pada 2018 lalu.
“Kami sudah menyelenggarakan banyak acara sejak 1 Desember tahun lalu. Total ada 438 event di 25 kota di Indonesia dengan berbagai tingkatan level pertemuan. Seluruh rangkaian itu memberikan manfaat besar terutama di dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam jumpa pers #G20Updates secara daring bertajuk "Manfaat G20 untuk Masyarakat,", Kamis (3/11).
Susiwijono mengatakan, penyelenggaraan KTT G20 juga menyerap banyak tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang diserap dari seluruh rangkaian kegiatan, baik di event utama maupun side event Presidensi G20, mencapai 3 ribu pekerja.
Penyerapan tenaga kerja tersebut terutama dari sektor transportasi, akomodasi, MICE dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) karena di setiap event selalu melibatkan
"Kalau dibandingkan dengan annual meeting pada tahun 2018 lalu, manfaat nyata bisa 1,5 hingga 2 kali lipat bahkan lebih,” ujar Susiwijono.
Ekonomi Bali menggeliat
Disisi lain, Susiwijono mengatakan hal lain yang terlihat adalah mulai menggeliatnya perekonomian di Bali. Salah satu contohnya adalah, dari Agustus hingga akhir September, terdapat sekitar 15 kali ministerial meeting, dari sisi trafik sudah terlihat peningkatan lebih dari 70% dari trafik sebelumnya dalam segi transportasi.
"Dampaknya di Bali kita belum melihat betul PDRBnya (Produk Domestik Regional Bruto). Tapi dari transportasi, traffic di Bali sudah confirm, tingkat hunian juga melebihi pra pandemi. Demikian juga sektor pendukung side event," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Pemanfaatan Sumber Daya kemaritiman Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Nyoman Shuida, menuturkan bahwa G20 memberikan dampak maksimal dan langsung bagi masyarakat seperti peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta – 3,6 juta dan juga 600 ribu – 700 ribu lapangan kerja baru ditopang kinerja bagus pada sektor kuliner, fesyen, dan kriya.
"G20 harus membawa manfaat maksimal kepada masyarakat Indonesia khususnya dalam penguatan ekonomi pasca pandemi ini," ujar Nyoman.
Nyoman mengatakan, dari sektor hospitality business, tingkat keterisian kamar hotel khususnya di Bali sudah melonjak tinggi dibandingkan dengan saat masa pandemi Covid-19 pada 2021 lalu yang tingkat keterian kamar hotelnya hanya sekitar 20%.
"Menurut Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), kini sudah menyentuh angka di kisaran 70%. Serapan tenaga kerja di sektor pariwisata, khususnya hotel, sudah mencapai sekitar 80% terhadap para pekerja yang saat masa pandemi dirumahkan," ujarnya
Proyeksi ini tentunya masih bersifat prediksi terhadap adanya potensi manfaat dilaksanakannya perhelatan dan Presidensi G20 di Indonesia. Adapun kepastian capaian yang riil baru akan bisa didapatkan setelah dilakukan analisis pasca selesainya pelaksanaan kegiatan G20.
Good News from Indonesia (GNFI) bersama Lembaga survei Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) merilis hasil survei salah satunya terakit persepsi anak mudaterhadap dampak penyelenggaran Group of Twenty alias G20.
Hasilnya, mayoritas atau 65,5% responden menyatakan bahwa prsidensi G20 di Indonesia tahun ini akan bermanfaat bagi ekonomi Indonesia, khususnya generasi muda.
Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.