Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 digelar di Bali selama dua hari, yakni 15 – 16 November. Ekonom Senior Faisal Basri menilai, acara ini bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk belajar dari negara lain soal cara membenahi urusan dalam negeri.
"Kita (RI) dapat informasi lebih banyak di forum itu,” kata Faisal dalam program Katadata Special Report G20, yang disiarkan di kanal YouTube Katadata Indonesia, Selasa (15/11).
“‘Jago-jagonya’ datang, dan itu bisa digunakan oleh pemerintah untuk membenahi urusan dalam negeri dengan upaya-upaya konkret," tambah dia.
Indonesia dinilai bisa belajar dari guru terbaik guna melindungi dan memberdayakan masyarakat luas. “Kita belajar dari best practice yang ada di G20," katanya.
Ia juga menilai bahwa kampanye yang dilakukan oleh Indonesia dalam gelaran forum internasional tersebut luar biasa. Sebab, pemerintah menjadikan momentum ini untuk promosi investasi, budaya, pariwisata, dan lingkungan.
“Kan tadi ditunjukkan mangrove gitu-gitu ya. Jadi Indonesia melihat ini sebagai acara yang mencari keuntungan maksimal, dan itu bagus," katanya.
Menurutnya gelaran G20 bisa dimanfaatkan sebagai peredam tensi Amerika Serikat dengan Cina.
"Bukan konten G20, tetapi momennya yang bisa meredam tensi yang semakin tinggi antara Amerika dan Cina," katanya.
Terlebih lagi Presiden AS Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping bertemu kemarin (14/11). “Keduanya berjanji secara terbuka bahwa Biden tidak ada perang dingin dan tak ingin ada konflik," katanya.
Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.