Dalam menjalani kehidupan, pasti ada masa dimana Anda merasa sedih karena suatu masalah. Daripada memendamnya, alangkah baiknya perasaan sedih ini dicurahkan ke dalam tulisan seperti puisi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik, dan bait. Sedangkan menurut Heman J. Waluyo, puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran serta perasaan penyair secara imajinatif dan kemudian disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan batinnya.
Bisa dibilang, puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisi rangkaian tulisan atau diksi yang saling terhubung antara satu dengan yang lainnya. Dengan menulis puisi, seseorang bisa bebas mengekspresikan perasaan terhadap suatu hal, termasuk mengenai masaah kehdiupan yang membuat sedih.
Puisi Kehidupan Sedih
Berikut ini enam contoh puisi kehidupan sedih yang diambil dari berbagai sumber.
1. Tiada
Karya: Joko Pinurbo
Tiada pengembara yang tak merindukan sebuah rumah
Bahkan jika rumahnya hanya ada di balik iklan yang ia baca di perjalanan
Tiada rumah yang tidak merindukan seorang ibu yang murah berkah
Bahkan jika ibu tinggal ada di bingkai foto yang mulai kusam
Lebih baik punya ibu daripada punya rumah
Kata temanku yang rumahnya konon baru enam sementara sosok ibunya belum ditemukan
Ya lebih baik punya keduanya, kata saya
Dan entah mengapa air matanya leleh perlahan
2. Pacar Senja
Karya: Joko Pinurbo
Senja mengajak pacarnya duduk-duduk di pantai
Pantai sudah sepi dan tak aka nada yang peduli
Pacar senja sangat pendiam : ia senyum-senyum saja mendengar gurauan senja
Bila senja minta peluk, setengah saja, pacar senja tersipu-sipu
“Nanti saja kalau sudah gelap, malu dilihat lanskap”
Cinta seperti penyair berdarah dingin yang pandai menorehkan luka
Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya
Tak terasa senyap pun tiba : senja tahu-tahu melengos ke cakrawala
Meninggalkan pacar senja yang megap-megap oleh ciuman senja
“Mengapa kau tinggalkan aku sebelum sempat kurapikan lagi waktu? Betapa Lekas cium menjadi bekas. Betapa curangnya rindu. Awas, akan kupeluk habis kau esok hari”
Pantai telah gelap
Ada yang tak bisa lelap
Pacar senja berangsur lebur, luluh, menggelegak dalam gemuruh ombak
3. Baju Bulan
Karya: Joko Pinurbo
Bulan, aku mau lebaran
Aku ingin baju baru tapi tak punya uang
Ibuku entah di mana sekarang, sedangkan ayahku hanya bisa kubayangkan
Bolehkah, bulan, kupinjam bajumu barang semalam?
Bulan terharu : kok masih ada yang membutuhkan bajunya yang kuno di antara begitu banyal warna-warni baju buatan
Bulan mencopot bajunya yang keperakan
Mengenakannya pada gadis kecil yang sering ia lihat menangis di persimpangan jalan.
Bulan sendiri rela telanjang di langit
Atap paling rindang bagi yang tak berumah dan tak bisa pulang
4. Gerimis Hati
Karya: Yazmin Aisyah
AWAN… langitku rinai
aku terpaku menyadari detik detik bermetamorfosis menjadi menit
lalu menguap menjadi jam, hari, bulan, tahun
padahal aku masih berdiri disini, sendiri, mengemas gerimis yang
kau tinggalkan
betapa cepat waktu menyublim
usia yang kian membengkak, lalu mengempis ketika tertusuk jarum
berkarat
berdarah
aku ingin berteriak pada waktu
sekali saja berhenti dinafas yang dulu, apa mungkin?
jika saja ada lorong tempatku kembali
aku ingin masa itu datang lagi
kala tubuh dan hati bersih tak bernoda
putih… hanya putih…
lalu menulisnya dengan tinta yang seluruhnya emas
WAKTU…
Jika kau punya sisa yang tak dipakai orang lain
berikanlah padaku…!!!
5. Pasung
Karya: Rurin kurniati
tak peduli pada roda-roda masa yang berputar
dalam kelam menatap nanar
pada titik cahaya yang muncul berpendar
mata sayu -nya yang tak berdosa
menggambarkan derita tiada tara
wajah putih pucat tak berdaya
lukisan siksa nan merana
pedih
suara raungannya yang tak henti
memberitakan masa remaja yang amat nyeri
siapa peduli?
dirimukah, yang masih bermain-main dengan hari?
schizofrenia
nama manis untuk ketidakwarasannya
menghadapi sisa masa hidup dalam pasung dunia
17 Tahun usianya
siapa yang peduli?
dirimukah,Yang masih bersikap manja terlena dunia fana ?
aku berbisik lirih pada Tuhan meminta hidup waras tak terpasung
sia-sia untuk berbuat baik sepenuh usia.
6. Jejak
Karya: Efriany Susanty
pekik tangis mengangkasa dikala fajar, seketika ruh baru mengabdi
mengukir jejak dalam hitungan waktu, merayap, merangkak,
berjalan, berlari, berkelana bertemankan langit bersahabatkan bumi
jejak benih mungil kini meraja, siluet episode dimasa ranum kini
didesak waktu
terbuai mengarungi jejak yang tak berujung, hanyutkan jiwa di
lembah kepalsuan
tergelincir dalam jejak fana menikmati taman syurgawi
membutakan mata, menyongkakkan langkah, membekaskan jejak
menggulingkan waktu
jiwa membatu hati membeku, jejak tak berarah jenuh menghampiri
sukma
hati layu meronta, jiwa gamang merintih, asa pupus bersama ombak
jejak terseret arus waktu, terbias dalam syahdu gelombang
jejak hanya tinggal tangisan pengharapan tak bertuan