Waspada, BMKG Ramal Curah Hujan Ekstrem Satu Minggu ke Depan

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya./hp.
Pengendara melintasi jalan yang tergenang saat hujan di Jalan Raya Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/11/2022).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
27/12/2022, 18.58 WIB

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memprakirakan cuaca buruk selama tujuh hari ke depan. Curah hujan berpotensi mencapai 150 milimeter per detik atau mencapai kondisi ekstrem yang menimbulkan bencana alam.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan eskalasi cuaca ekstrem akan dimulai sejak Rabu, 28 Desember 2022, dan mulai mereda pada 5 Januari 2023. Selain curah hujan tinggi, Dwikorita menilai tujuh hari ke depan akan terjadi angin kencang dengan kecepatan 40-60 knots.

Dwi mengatakan cuaca ekstrem bakal terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan. "Tanggal 29 Desember 2022 awan hujan semakin melebar, meluas, dan pekat. Artinya, intensitas hujan semakin tinggi dan besar pula potensinya untuk menjadi cuaca ekstrem," kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, Selasa (27/12).

Dalam paparan BMKG, puncak cuaca ekstrem diprakirakan terjadi pada 1-3 Januari 2023. Dalam peta yang ditunjukkan Dwikorita, seluruh bagian Indonesia tertutupi awan hujan pada tanggal tersebut.

Intensitas hujan pada akhir tahun nanti tidak setinggi pada pergantian tahun 2019-2020. Saat itu, intensitas hujan melebihi kriteria cuaca ekstrem atau hingga 377 milimeter per detik.

Akan tetapi, Dwikorita mengingatkan bencana meteorologi akan terjadi saat intensitas hujan melebihi angka 100 milimeter per detik. Artinya, intensitas hujan pada seminggu ke depan dinilai tetap dapat menimbulkan bencana meteorologi.

Dwikorita menjelaskan kondisi cuaca pada pergantian tahun 2022-2023 disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, monsun dari Monsun Asian. Artinya, temperatur dingin di benua asia akan menciptakan angin yang berhembus ke benua Australia dengan temperatur yang lebih tinggi.

Kedua, seruakan dingin dari Dataran Tinggi Tibet dan benua Asia. Artinya, angin monsun yang terjadi akan lebih kuat lantaran temperatur dingin menuju titik ekstrem.

Ketiga, arus lintas ekuator. Secara sederhana, akan ada angin yang berhembus dari utara ekuator menuju selatan ekuator. Ketiga kondisi tersebut membuat intensitas hujan akan mencapai kondisi ekstrem dan disertai angin dengna kecepatan hingga 60 knots.

"Jadi, mohon untuk benar-benar tidak hanya diwaspadai, tapi disiagakan. Peringatan dini itu bahasa sesungguhnya adalah teriakan untuk siaga," kata Dwikorita.

Dia menilai kondisi tersebut tidak akan seburuk saat cuaca pada pergantian tahun 2019-2020 lantaran La Nina kali ini dinilai lemah. Sehingga, musim penghujan kali ini diperkirakan berakhir pada kuartal I-2023.

Dwikorita memproyeksikan cuaca ekstrem hingga sekitar 5 Januari 2023 akan menciptakan ombang dengan ketinggian hingga 6 meter. Oleh karena itu Dwikorita mencatat ada potensi banjir rob di 20 titik dengan waktu yang berbeda-beda.

Banjir rob paling akhir diperkirakan terjadi di pesisir utara Jawa Tengah atau pada 28 Desember 2022 - 8 Januari 2023. Sedangkan, banjir rob diproyeksikan terjadi di pesisir utara DKI Jakarta pada 20-27 Desember 2022.

Reporter: Andi M. Arief