Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan sosok calon wakil presiden menjadi pemegang kunci dalam menentukan kemenangan pada pemilihan presiden 2024 mendatang. Berdasarkan survei yang dilakukan pada 1-6 Desember 2022 lalu, beberapa nama muncul sebagai cawapres potensial.
"Tidak adanya capres yang dominan, maka posisi cawapres menjadi sangat menentukan," kata Burhanuddin Muhtadi dalam paparan survei, Rabu (4/1).
Menurut Burhanuddin pada simulasi semi terbuka 18 nama cawapres, Gubernur Jawa Barat, Ridwan kamil menempati posisi teratas dengan memperoleh 21,6%. Posisi kedua diikuti Sandiaga Uno yang mendapatkan 13,0%, serta Agus Harimurti Yudhoyono di posisi ketiga yaitu 12,4%. Dari temuan survei, selain tiga teratas, beberapa nama yang dimunculkan dalam simulasi tersebut tidak terlalu signifikan, dengan perolehan di bawah 10%.
Erick Thohir di posisi keempat memperoleh 8,8%, diikuti Khofifah Indar Parawansa (6,6%). Selanjutnya ada nama Andika Perkasa (4,4%), Puan Maharani (3,4%), Airlangga Hartarto (2,1%), Susi Pujiastuti (1,8%). Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD memperoleh 1,8% diikuti, Tri Rismaharini (1,8%), Gatot Nurmantyo (1,6%), Sri Mulyani (1,3%), dan Muhaimin Iskandar (1,0%).
Selanjutnya, pada simulasi 9 nama cawapres, RK masih unggul dengan memperoleh 24,1%. Posisi kedua, ketiga dan keempat tidak berubah. Sandiaga Uno di posisi kedua memperoleh 14,8%, diikuti AHY 13,6% di posisi ketiga, dan Erick Thohir mengikuti di posisi keempat dengan perolehan 10,3%. Sedangkan, untuk posisi kelima dan seterusnya, dengan perolehan kurang dari 10,0% yaitu, Khofifah (7,6%), Andika (5,0%), Puan (3,9%), Airlangga (2,0%), dan Muhaimin Iskandar (1,2%).
Kemudian, pada simulasi 7 nama, jika RK tidak maju sebagai cawapres, didapatkan hasil AHY menempati posisi teratas dengan perolehan 23,2%. Posisi kedua ditempati Erick Thohir (19,6%), dan Khofifah di posisi ketiga dengan mendapatkan 10,6%. Sedangkan, posisi keempat dan seterusnya, memperoleh hasil di bawah 10,0%, yaitu, Andika (7,7%), Puan (6,3%), Airlangga (3,5%), dan Muhaimin (2,2%).
Burhanuddin menjelaskan, dalam hasil temuan survei, pemilih Anies Baswedan cenderung memilih RK atau AHY sebagai cawapres. Basis pemilih Ganjar cenderung memilih RK dan Erick. Lalu, basis Prabowo cenderung memilih RK dan Sandi.
"Di antara nama-nama cawapres, yang relatif bisa diterima oleh ketiga basis pendukung—Anies, Ganjar, maupun Prabowo—itu adalah Ridwan Kamil," kata Burhanuddin.
Peneliti Indikator lainnya, Bawono Kumoro mengatakan bila dilihat dari pemilih,sebaran pemilih capres Anies Baswedan lebih banyak memilih AHY sebagai cawapres. Sebanyak 27.6 persen basis pemilih Anies Baswedan lebih memilih AHY dibanding calon lain. Temuan ini konsisten dengan temuan survei dari Indikator dua bulan lalu yang menunjukkan 28.6 persen pemilih Anies lebih memilih AHY sebagai bakal calon wakil presiden
“Hal ini sangat wajar mengingat sejak mantan Gubernur DKI Jakarta itu dideklarasikan sebagai bakal calon presiden oleh Partai NasDem pada 3 Oktober lalu tercatat AHY dan Partai Demokrat paling intensif melakukan pendekatan komunikasi politik kepada Anies,” ujar Bawono.
Menurut Bawono, partai Nasional Demokrat bersama Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat dapat mempertimbangkan opsi AHY sebagai cawapres pendamping Anies. Selain itu nama RK juga bisa menjadi pengungkit dikarenakan konsisten mendapat suara tinggi dari beberapa kali survei.
“Memang tidak ada pilihan lain bagi NasDem Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera selain berkoalisi menghadapi pemilu 2024 bila ingin menang,” kata Bawono lagi.
Survei politik yang dilakukan Indikator melibatkan 1.220 orang sebagai sampel, yang berasal dari seluruh provinsi. Survei menggunakan metode simple random sampling, dengan margin of error -/+2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Responden terpilih diwawancarai secara tatap muka oleh pewawancara terlatih.