Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan proyek hilirisasi sumber daya alam (SDA) bakal menjadi kebijakan prioritas untuk menarik investasi. Terutama pada pengembangan energi baru dan terbarukan serta penciptaan ekosistem kendaraan listrik.
"Hilirisasi SDA merupakan salah satu prioritas investasi kita untuk menyambut ekonomi baru masa depan," kata Jokowi dalam sambutannya di agenda Saratoga Invesment Summit 2023 pada Kamis (26/1).
Dia menilai menjaring investasi merupakan salah satu alternatif untuk mempercepat transisi ke energi bersih sekaligus meningkatkan nilai tambah pada komoditas mineral lewat kebijakan penyetopan ekspor barang mentah seperti nikel, bauksit, hingga tembaga dan timah.
Program hilirisasi mineral dipercaya bisa meningkatkan ekonomi domestik lewat penciptaan industri dalam negeri hingga penyerapan tenaga kerja.
"Kita punya banyak potensi yang belum tergarap secara optimal, kita punya banyak peluang untuk tumbuh lebih kuat dengan meletakkan pondasi sebagai daya tarik invetsasi," ujar Jokowi.
"Kita tidak akan pernah goyah oleh tekanan, kita telah menghentikan ekspor barang mentah seperti nikel bauksit dan nanti timah tembaga dan lain-lain."
Lebih lanjut, kata Jokowi, pembangunan infrastruktur yang masif dilakukan oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir berdampak positif pada minat investor kepada daerah-daerah di luar Pulau Jawa. "Daerah-daerah luar Pulau Jawa semakin menarik sebagai tujuan investasi," kata Jokowi.
Ekpor Bijih Tembaga Naik
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor bijih tembaga sepanjang 2022 mencapai 3,13 juta ton atau naik hingga 40,35% dari tahun sebelumnya dengan total 2,23 juta ton.
Sementara nilai ekspor tembaga sepanjang 2022 menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, yakni mencapai US$ 9,24 miliar atau setara Rp 138,43 triliun dengan asumsi nilai tukar rupiah Rp 14.976 per dolar AS.
Meroketnya capaian ekspor bijih tembaga disinyalir akibat melonjaknya permintaan bahan baku produk olahan industri global. Khususnya pada kebutuhan infrastruktur kelistrikan dan pengembangan baterai hingga produksi kendaraaan listrik.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arrangga, menyampaikan bahwa pengembangan ekosistem baterai dan kendaraan listrik secara paralel akan menambah permintaan pasokan transmisi listrik.
Kondisi itu secara otomatis berdampak pada menguatnya permintaan bahan baku komponen penunjang seperti kabel dan transmisi listrik secara signifikan, yang umumnya diproduksi dari mineral tembaga.
"Ekosistem baterai tak mungkin berjalan sendiri, pasti butuh penunjang seperti transmisi dan perkabelan. Bahan baku untuk produksi barang penunjang itu juga harus ada," kata Daymas saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Rabu (25/1).