Drama Elpiji 3 kg Langka: Warga Pakai Kayu Bakar, Pedagang Tak Jualan

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nz
Petugas memeriksa tabung gas elpiji 3 kilogram yang akan didistribusikan di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) Sadikun LPG 3 Kg di Denpasar, Bali, Minggu (30/7/2023).
Penulis: Happy Fajrian
2/8/2023, 14.49 WIB

Beberapa waktu terakhir, sejumlah daerah mengalami kelangkaan gas elpiji 3 kg bersubsidi, seperti Malang, Kediri, dan Banyuwangi di Jawa Timur, dan beberapa daerah di Medan, Sumatera Utara, serta Sulawesi.

Kementerian ESDM mengatakan bahwa kelangkaan tersebut bukan disebabkan permasalahan pasokan, melainkan distribusi yang tidak lancar. Hal itu bermula dari kebijakan pemerintah yang mematok penyaluran elpiji bersubsidi kepada pengecer maksimal 20% sejak Maret 2023.

Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji mengaku bahwa pemerintah kurang maksimal dalam mensosialisasikan kebijakan tersebut. Masyarakat yang tidak mendapatkan elpiji 3 kg di pengecer harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk mendapatkan elpiji bersubsidi ke pangkalan resmi.

“Tampaknya ada sosialisasi yang kurang kencang, sehingga masyarakat harus ke pangkalan. Di daerah tertentu ini jadi masalah,” kata Tutuka di Kantor Kementerian ESDM pada Senin (31/7).

Warga Beralih ke Kayu Bakar, Pedagang Tak Bisa Berjualan

Meski hanya sesaat, kekosongan pasokan elpiji bersubsidi berdampak besar terhadap penggunanya. Sebagian warga di daerah yang mengalami kelangkaan terpaksa harus beralih menggunakan kayu bakar lantaran tidak mendapatkan elpiji 3 kg.

Seperti Amining (42), warga Dusun Krajan, Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, memilih memasak menggunakan tungku kayu bakar untuk mengakali sulitnya mendapatkan gas elpiji 3 kg. Menurutnya, memasak menggunakan kayu bakar juga lebih murah.

“Sekarang nyari gas (elpiji 3 kg) sulit, kalau ada pun harganya bisa sampai Rp 25.000 di penjual eceran. Mending balik pakai kayu lagi,” ujarnya seperti dikutip dari Viva.co.id.

Disamping lebih murah daripada elpiji 3 kg, kayu bakar juga lebih mudah didapatkan, “Kalau pakai kayu, tinggal cari di kebun sekitar rumah saja, nggak perlu beli. Jadi lebih murah,” kata Ngamah, warga Dusun Krajan lainnya.

Sementara di Kediri, sejumlah pedagang terpaksa berhenti berjualan imbas kosongnya stok elpiji melon. Salah satunya adalah Khoiri, seorang pedagang gorengan yang membutuhkan setidaknya satu tabung elpiji setiap hari untuk usahanya.

Sejak terjadi kelangkaan, Khoiri harus berkeliling ke sejumlah pangkalan setiap hari untuk mendapatkan elpiji 3 kg. “Setiap hari harus berkeliling ke sejumlah pangkalan dan mengantre untuk bisa mendapatkan,” ujarnya dikutip dari beritajatim.com.

Sementara jika masih ada pengecer yang memiliki stok, harganya menjadi lebih mahal hingga Rp 25.000 per tabung dari normalnya sekitar Rp 16.000 per tabung. Bahkan di beberapa daerah harganya melambung hingga Rp 30.000 per tabung seperti di Pacitan Jawa Timur, dan Tondano Sulawesi Utara.

Sedangkan jika ada pasokan yang baru datang dari pangkalan juga langsung habis diserbu pembeli, meskipun pemerintah telah memperketat pembelian dengan mewajibkan warga menunjukkan KTP hingga kartu keluarga.

Tak Seluruh Pangkalan Kosong Stok

Direktur Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria melihat permasalahan distribusi LPG subsidi 3 kilogram di sejumlah daerah yang ramai diberitakan beberapa hari terakhir ini sebagai akibat adanya kekosongan stok untuk sementara waktu.

“Langka LPG atau BBM yang terjadi di negeri ini pada umumnya dialami hanya dalam hitungan hari saja dan tidak sampai seminggu apalagi berminggu-minggu, dan ini lebih bersifat kekosongan sementara,” ujarnya seperti dikutip dari Antara.

Pada dasarnya, kata Sofyano, dalam satu kabupaten rata-rata terdapat 4-5 unit Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) yang juga adalah depo penampungan elpiji. Selain itu, ada sekitar 10 agen elpiji dan setidaknya 200 pangkalan LPG 3 kg.

“Yang jadi pertanyaan, apakah semua SPBE itu tidak ada persediaan atau stok LPG-nya? Apakah semua agen LPG 3 kg juga tidak punya persediaan tabung/elpiji 3 kg sama sekali? Apakah seluruh pangkalan elpiji juga tidak punya persediaan LPG? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini pasti akan muncul di masyarakat,” kata dia.

Menurut data yang ia peroleh, di Medan, hanya 14 pangkalan elpiji yang mengalami kekosongan dari total 3.675 pangkalan yang ada ketika terjadi kelangkaan, atau hanya 0,4%. Kemudian di Kediri, hanya 16 pangkalan yang kosong dari 2.754 pangkalan yang ada.

Di Malang, hanya 12 pangkalan yang mengalami kekosongan stok elpiji 3 kg dari total 1.742 pangkalan yang ada. Sedangkan di Sulselbar hanya 5 pangkalan yang kosong dari 1.094 pangkalan yang ada. Persentasenya adalah 0,5% dari total pangkalan yang ada.

“Kekosongan di pangkalan itu adalah karena menunggu pengiriman LPG dari agennya,” kata Sofyano. Oleh karena itu, ia sangat meyakini bahwa tidak semua desa atau kecamatan yang ada di suatu kabupaten yang diberitakan langka tersebut mengalami kekosongan LPG 3 kg.

“Coba petakan kekosongan elpiji subsidi terjadinya dimana saja? Dan tarik persentasenya dibanding dengan jumlah SPBE, agen dan pangkalan yang ada di daerah tersebut,” kata Sofyano.

Dia menyarankan pemerintah dan Pertamina menggelar Coba lakukan uji pasar dengan menggelar operasi pasar elpiji 3 kg. “Nanti bisa dilihat hasilnya apakah LPG operasi pasar tersebut dalam sekejap habis diserbu pembeli dan berapa lama penyerbuan itu akan terus terjadi,” kata dia.