Kualitas Udara Jakarta Buruk, Transportasi Dituding Penyebab Utama

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Penulis: Happy Fajrian
14/8/2023, 15.25 WIB

Kualitas udara di DKI Jakarta akhir-akhir ini memburuk. Bahkan pada Minggu (13/8) pagi, Jakarta menempati peringkat pertama sebagai kota dengan udara terburuk dunia. Sektor transportasi dituding sebagai penyebab utama buruknya udara di Ibu Kota.

Menurut pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, sumber polutan yang memenuhi udara di Jakarta berasal dari sektor transportasi. Situasi udara yang tercemar telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan di Jakarta, bahkan termasuk dalam salah satu kondisi paling buruk di dunia.

Data menunjukkan, peta kualitas udara di Jakarta (OQAir) secara live kerap menunjukkan rata-rata kondisi di Jakarta adalah pada status tidak sehat bagi kelompok sensitif.

“Dalam situasi saat ini, kendaraan bermotor menjadi penyebab signifikan dari polusi udara di Jakarta, mencakup sekitar 57% dari total polutan,” ujar Dewan Proper Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini, Senin (14/8).

Adapun, jumlah kendaraan bermotor khusus di DKI Jakarta mencapai sekitar 21,8 juta unit pada akhir 2022. Data tersebut tercatat dalam laporan Statistik Indonesia 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurut laporan tersebut, selama periode 2020-2022 jumlah mobil penumpang di Jakarta sudah bertambah sekitar 1,6 juta ​unit. Agus mengatakan kendaraan berbahan bakar minyak saat ini menjadi kontributor besar dalam polusi udara di Jakarta, selain sektor industri.

Dari persentase 57% polutan yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar minyak, hampir 98% berasal dari kendaraan pribadi yang beroperasi di jalan-jalan ibu kota.

Dalam hal pencemaran udara, Agus pun menepis isu pembangkitan listrik yang dijadikan penyebab meningginya polusi udara di Jakarta. “Masalahnya adalah transportasi,” ujarnya.

Untuk mengatasi polusi udara di Jakarta, Agus meminta pemerintah perlu lebih berinvestasi dalam mengembangkan infrastruktur transportasi yang berbasis pada energi terbarukan dalam upaya mencegah polusi udara.

Menurutnya pemerintah dapat mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk mengembangkan infrastruktur transportasi yang menggunakan sumber energi terbarukan. "Seperti kendaraan listrik (electric vehicle/EV), biodiesel, dan biofuel yang efisien dan terjangkau seperti kereta api, bus, dan moda transportasi umum lainnya," katanya.

Reporter: Antara