Presiden Jokowi Minta Tambah Pasokan Beras ke Pasar Demi Tekan Harga
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk menambah pasokan beras ke pasar domestik. Ini dilakukan sebagai strategi untuk menekan harga jual di tingkat konsumen yang kini terimbas mahalnya harga gabah.
"Petaninya senang harga gabah mahal. Harga gabahnya Rp 7.300, ada yang Rp 7.400, Rp 7.500, sampai Rp 7.600 (per kilogram). Kalau petaninya senang, ini yang tidak senang pembeli berasnya," kata Presiden Jokowi saat meninjau panen raya di Subang, Jawa Barat, seperti dikutip Antara, Minggu (8/10).
Dilansir dari pembaruan terakhir harga gabah di laman Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2023, harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani mencapai Rp 6.415 per kilogram, harga Gabah Kering Giling (GKG) Rp 7.386 per kilogram, dan Gabah Luar Kualitas (GLK) Rp 6.043 per kilogram.
Presiden Jokowi mengatakan mahalnya harga gabah saat ini berkontribusi pada kenaikan harga komoditas beras di pasar domestik yang perlu diantisipasi.
"Harus kita atasi dengan menggerojok (beras) sebanyak-banyaknya, memasok sebanyak-banyaknya ke pasar, agar harga bisa turun," katanya.
Jokowi menganggap strategi tersebut efektif menekan harga komoditas beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur.
"Sementara ini di Cipinang, harga sudah turun. Tapi kami harapkan juga di pasar sudah, di konsumen juga," kata Presiden Jokowi.
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi memastikan cadangan beras nasional di gudang Badan Usaha Logistik (Bulog) masih tersimpan 1,7 juta ton untuk persediaan selama fenomena El Nino melanda Indonesia.
"Karena El Nino, produksinya tetap menurun, tetap berkurang. Tapi tidak ada masalah, karena cadangan di Bulog juga masih banyak 1,7 juta ton," kata Presiden Jokowi.
Sebelumnya, harga beras terus merangkak naik hingga mencapai di atas Rp 13.000 per kg untuk jenis beras medium. Menanggapi hal itu, Presiden Jokowi mengatakan, kenaikan harga beras terjadi di banyak negara akibat krisis pangan. Harga beras di sejumlah negara tetangga Indonesia bahkan jauh lebih mahal dibandingkan di Indonesia.
“Misalnya di Singapura rata-rata harganya Rp 21.600 per kg, di Brunei harganya sudah mencapai rata-rata Rp 37.000 per kg, di tetangga dekat kita di Timor Leste harganya Rp 20.000 ribu. Harga beras kita masih Rp 10.800-Rp 13.000 per kg, tetapi memang harganya naik. Di globalnya memang seperti itu,” kata Jokowi pada Sabtu (7/10).
Jokowi menjelaskan, kenaikan harga beras tak hanya dipengaruhi oleh krisis pangan global karena pengaruh iklim. Harga pangan yang naik juga dipicu kebijakan 22 negara produsen beras, termasuk India, yang menghentikan ekspornya.
Banyak negara menyetop ekspor beras di saat Indonesia masih perlu mengimpor 1,5 juta ton hingga 2 juta ton beras. Impor beras dibutuhkan karena produksi dalam negeri yang belum mencukupi, sementara jumlah penduduk terus bertambah.
“Penduduk kita saat ini sudah 278 juta jiwa dari sebelumnya 270 juta jiwa, sehingga produksi berasnya juga harus bertambah. Ini lah masalah yang harus saya sampaikan apa adanya karena masalah di sebuah negara akan berimbas ke negara lain,” kata Jokowi.