Presiden Joko Widodo mengisi kuliah umum di Stanford University, San Francicso, Amerika Serikat, Rabu (15/11). Dalam agenda tersebut, Jokowi memaparkan soal usaha Indonesia untuk menurunkan emisi hingga pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Jokowi mengatakan Indonesia telah menurunkan emisi 91,5 juta ton pada 2022. Selain itu, sebanyak 77 ribu hektare lahan hutan juga telah direhabilitasi.
"Komitmen kami tidak perlu dipertanyakan, Indonesia walk the talk," katanya dalam siaran Youtube Sekretariat Presiden pada Kamis (16/11).
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi mempertanyakan komitmen global terkait upaya transisi energi. Padahal, inisiatif transisi energi merupakan komitmen yang mendesak seiring ancaman krisis iklim yang kian mengkhawatirkan.
"Namun yang jadi pertanyaan apakah negara-negara di dunia memiliki komitmen untuk bertanggungjawab dan mengambil peran?” katanya.
Jokowi menggunakan forum tersebut untuk menyampaikan torehan Indonesia dalam melaksanakan komitmen transisi energi. Dia menyampaikan bahwa Indonesia telah menurunkan emisi hingga 91,5 juta ton pada 2022.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan masih ada sejumlah kendala untuk memuluskan transisi energi di Indonesia, yakni tantangan mengenai pendanaan dan transfer teknologi dari negara maju yang dinilai masih rumit.
“Karena memang kita butuh investasi yang sangat besar, transfer teknologi dan kolaborasi. Inilah yang menjadi tantangan dan sering menyulitkan negara-negara berkembang,” ujar Jokowi.
Dia juga mengeluhkan mekanisme pendanaan iklim global yang cenderung masih mengadopsi skema business as usual atau berorientasi kepada sistem pinjaman bank komersial.
Menurut Jokowi, mekanisme pendanaan iklim dalam bentuk hutang hanya akan menambah beban bagi negara miskin dan berkembang. “Karena Indonesia ingin memastikan bahwa transisi energi juga menghasilkan energi yang bisa terjangkau oleh rakyat,” kata Jokowi.