Pemerintah Targetkan 1.492 Puskesmas Memiliki Alat USG Tahun Ini

ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nym.
Ilustrasi, dokter memeriksa janin seorang ibu hamil dengan peralatan ultrasonografi atau USG, di Puskesmas Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (6/10/2023).
Penulis: Agung Jatmiko
11/2/2024, 16.20 WIB

Pemerintah terus berupaya untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan anak, serta mencegah stunting. Oleh karena itu, tahun ini ditargetkan sebanyak 1.492 puskesmas terpenuhi kebutuhan alat ultrasonography (USG).

"Kita harapkan nanti semuanya memiliki USG sehingga kehamilan ibu, bayi bisa dideteksi lebih dini dan semuanya data masuk ke pusat data di Jakarta. Ini penting sekali dalam rangka pengentasan stunting," kata Presiden Joko Widodo, dikutip dari indonesia.go.id, Minggu (11/2).

Selain mendistribusikan alat USG, pemerintah juga akan memberikan alat timbang bayi ke posyandu di seluruh Indonesia. Harapannya, keberadaan alat timbang ini dapat memantau pertumbuhan bayi di Indonesia.

Ini dilakukan untuk mendeteksi potensi stunting sejak dini Diharapkan dengan adanya alat timbang bayi digital ini maka pertumbuhan bayi di Indonesia dapat terpantau. Potensi stunting bisa dideteksi sejak dini.

"Ada 300 ribu timbangan yang sudah kita berikan, yang sebelumnya tidak ada semuanya sekarang diberikan sehingga juga cek berat badan bayi, panjang balita, semuanya bisa dicek. Saya kira penanganan sejak dini seperti ini yang akan terus kita perbaiki," ujar Kepala Negara.

Kementerian Kesehatan melaporkan, sepanjang sepanjang 2022 tercatat sebanyak 66,7% puskesmas atau sebanyak 6.886 puskesmas telah menerima alat USG. Tahun lalu, sebanyak 1.943 puskesmas ditargetkan mendapatkan bantuan alat USG. Selanjutnya, pada 2024 sebanyak 1.492 puskesmas ditargetkan dapat terpenuhi kebutuhan alat USG.

Untuk alat antropometri, total kebutuhan untuk diberikan kepada seluruh posyandu di Indonesia mencapai 313.737 dari total 303.416 posyandu. Pemenuhan alat ukur timbang bayi tersebut, dilakukan secara bertahap. Secara perinci, penyaluran antropometri kit ke puskesmas dan posyandu, adalah sebagai berikut:

- 2019 sebanyak 25.177 puskesmas
- 2020 sebanyak 1.823 posyandu
- 2021 sebanyak 16.936 posyandu
- 2022 sebanyak 34.256 posyandu

Adapun, tahun lalu ditargetkan sebanyak 127.033 posyandu mendapatkan antropometri kit, dan tahun ini ditargetkan mencapai 81.512 posyandu. Dengan demikian, target pemberian antopometri terpenuhi di tahun ini.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, antropometri sebelumnya diberikan ke puskesmas. Namun, dalam dua tahun terakhir pendistribusiannya difokuskan ke posyandu, karena sangat bermanfaat dalam mencegah stunting.

Sebagai informasi, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting nasional pada 2022 sebesar 21,6%. Untuk mencapai target 14%, maka pemerintah menargetkan untuk dapat menurunkan prevalensi stunting 3,8% per tahunnya hingga 2024.

Sejumlah program pun digulirkan, antara lain pemenuhan alat USG dan antropometri atau alat timbang bayi digital terstandar di tiap puskesmas dan posyandu di daerah. Lalu, pelatihan sumber daya manusia di bidang Kesehatan, pengoptimalan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), serta penguatan dan pembinaan peran Tim Pendamping Keluarga (TPK) dalam pencegahan terjadinya insiden kasus stunting.

Selain itu, pemerintah juga melaksanakan program intervensi spesifik, seperti pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal, konsumsi tablet tambah darah untuk remaja putri, serta edukasi tentang pentingnya imunisasi dan ASI eksklusif.

Adapun, pemanfaatan USG untuk membantu pemeriksaan kehamilan para ibu dan bayi di kandungannya di puskesmas maupun fasilitas layanan kesehatan masyarakat (fasyankes) lainnya, dilakukan sebagai upaya deteksi dini.

Hal ini tergolong penting, karena deteksi dini stunting harus dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Tumbuh kembang anak bisa dipantau sejak dini dengan rutin ke puskesmas, posyandu, atau faskes terdekat.

Kemudian, memperbaiki pola hidup dan asupan gizi ibu sebelum menikah dan hamil juga menjadi perhatian sebagai sebuah satu rangkaian pencegahan kematian ibu melahirkan dan anak, serta stunting.