KPU Bantah Adanya Alogoritma Kunci Suara Ganjar-Mahfud Mentok 17%

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Ketua KPU Hasyim Asy'ari
Penulis: Syahrizal Sidik
9/3/2024, 11.42 WIB

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asy'ari membantah tudingan soal dugaan kesengajaan algoritma yang  digunakan untuk mengunci suara pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD maksimal 17% pada Pemilihan Presiden 2024. 

"KPU tidak pernah mematok suara si A, si B dan seterusnya, partai ini partai itu sekian. Sejak awal itu enggak ada karena pemungutan suara ini kan bersifat langsung," ujar Hasyim di Kantor KPU RI, dikutip dari Antara, Sabtu (9/3)

Menurut dia, yang menentukan perolehan suara adalah para pemilih yang menggunakan hak pilihnya pada hari pencoblosan Rabu (14/2) lalu. Hasyim menegaskan KPU tidak bisa mengontrol jumlah pemilih yang hadir ke tempat pemungutan suara (TPS) apalagi perolehan suara yang merupakan hasil dari pencoblosan.

Karenanya, ia menjelaskan perolehan suara berupa suara maupun yang dikonversi ke persentase itu murni berasal dari penghitungan suara secara berjenjang dari setiap TPS.

"Jadi, kalau ada informasi, kabar atau pernyataan seperti itu, KPU membantah ya bahwa KPU tidak pernah mematok, tidak pernah mengunci, tidak pernah menargetkan partai tertentu, pasangan calon tertentu, sejak awal harus suaranya sekian, tidak ada," katanya.

Secara terpisah, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyinggung dugaan kecurangan dalam Pemilihan Presiden 2024. Hal ini setelah pihaknya bekerja sama dengan pakar teknologi informasi dan menemukaan dugaan kecurangan yang fundamental.

Pertama, ada algoritma yang mengunci perolehan suara Ganjar-Mahfud maksimal 17%. Kedua, ada program yang mengunci autentifikasi multifaktor untuk mengunggah dokumen C1, padahal seharusnya tidak sembarangan orang mengunggah dokumen itu.

Hasto juga mengatakan ada pencegatan data quick count KPU. Dengan kejadian itu, PDIP bakal melakukan audit forensik dan audit meta C1. Bahkan, para pakar IT menyebut harusnya Pemilu berlangsung dua putaran.

“Kami simpulkan bahwa Pemilu 2024 telah terjadi kecurangan secara terstruktur, sistematis, dan masif sebagai perpaduan Pemilu 1971 dan Pemilu 2009,” kata Hasto dalam diskusi Election Talk ke-empat yang dilaksanakan Universitas Indonesia, Kamis (7/3). 

Reporter: Antara