Kawasan tambang rakyat di Desa Tulabolo Timur, Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo mengalami longsor. Akibat kejadian tersebut, sebanyak delapan orang meninggal dunia.
Sedangkan sebanyak lima orang ditemukan selamat. Saat ini Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Gorontalo juga masih mencari korban lainnya.
"Hasil pendataan dari masyarakat yang merasa kehilangan keluarganya ada sekitar 20 korban lainnya yang masih dalam tahap pencarian," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Gorontalo Heriyanto dikutip dari Antara pada Senin (8/7).
Heriyanto mengatakan ratusan personel gabungan telah diturunkan ke lokasi tambang. Meski demikian, mereka terkendala kondisi medan yang sulit dilalui.
Seluruh jembatan yang biasa dilalui sepeda motor terputus sehingga petugas harus mengakses lokasi tambang dengan berjalan kaki.
"Tidak menutup kemungkinan korban akan bertambah," katanya.
Heriyanto sebelumnya mengatakan cuaca di sebagian besar wilayah pertambangan tengah sering diguyur hujan. Selain itu, jarak pandang pada malam hari terbatas.
Kronologi Longsor
Informasi awal, tanah longsor terjadi pada Sabtu (6/7) sekitar pukul 23.45 WITA. Saat kejadian, sebagian korban sedang beristirahat dan tertidur di beberapa warung yang ada di lokasi tambang.
Hingga Minggu (7/7) pukul 21.35 WITA, enam korban sudah dievakuasi oleh tim gabungan dan warga. "Dua orang yang meninggal dunia adalah seorang ibu berusia 40 tahun dan anaknya yang masih berusia empat tahun," kata Komandan Regu Tim Alpa Basarnas Gorontalo, Salama, di Gorontalo.
Kapolda Gorontalo, Irjen Pol Pudji Prasetijanto Hadi juga ikut memantau pencarian korban. Ia mengatakan Polri bersama-sama TNI, Basarnas, PMI, hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) ikut membantu evakuasi.
"Personel gabungan akan dibagi menjadi tiga regu. Masing-masing regu berjumlah 50 orang. Mereka akan bekerja secara estafet," kata Pudji.