Kemenperin Siapkan Tiga Strategi Pulihkan Industri Tekstil Nasional

Fauza Syahputra|Katadata
Pekerja menyelesaikan pembuatan kaos di konveksi Sinergi Adv Nusantara di kawasan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, Rabu (17/7/2024).
1/9/2024, 13.57 WIB

Kementerian Perindustrian menyiapka tiga strategi untuk menggenjot kinerja industri tekstil dan produks tekstil (TPT). Strategi ini disiapkan di tengah lesunya industri tekstil Indonesia.

Tiga strategi yang disiapkan adalah memperkuat sumber daya manusia, memastikan bahan baku, hingga menghidupkan lagi sektor permesinan nasional.

"Menghidupkan kembali industri permesinan tekstil untuk mendorong peningkatan produktivitas dan efisiensi industri TPT nasional," kata Plt Direktur Jenderal Indysti Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Reni Yanita dikutip dari Antara, Minggu (1/9).

Strategi tersebut telah dilakukan dengan memberantas impor ilegal, mengawasi penjualan produk di media sosial, pengenaan hambatan perdagangan, implementasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), hingga restrukturisasi mesin.

Kemenperin, lewat Badan Standardisasi dan Kebijakan Industri (BSKJI) juga menyiapkan sertifikasi. Diharapkan, pelaku industri bisa memanfaatkan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Program tersebut memiliki nilai peluang Rp 1.223 triliun tahun ini.

Tak hanya itu, Kemenperin juga merumuskan standar industri hijau untuk menjamin mutu. Tujuannya, agar industri TPT mendapatkan peluang besar dari standar hijau ini.

"Diversifikasi produk industri dari rantai ekonomi sirkular ini akan menjadi potensi bisnis yang luar biasa," kata Kepala BSKJI Kemenperin Andi Rizaldi.

Dari data Kemenperin, industri tekstil mulai menunjukkan perbaikan kinerja pada kuartal I 2024. Produk domestik bruto (PDB) dari sektor ini tumbuh 2,64% secara tahunan.

Selain itu, angka ekspor sektor tekstil juga tercatat mencapai US$ 2,95 miliar atau meningkat 0,19% pada tiga bulan pertama 2024.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, industri tekstil dan produk tekstil atau TPT, alas kaki, mesin, dan karet tengah tertekan. Salah satu alasannya karena kalah saing dengan produk-produk impor.

"Kita lihat ini tertekan oleh banyak hal. Mungkin permintaaanya memadai tapi ada kompetisi dari impor," kata Sri mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA Edisi Agustus 2024, Selasa (13/8).

Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menepis anggapan yang menyebut kondisi industri tekstil domestik tengah memasuki fase penurunan alias sunset industry.  Dia menyebut masih terdapat pabrik tekstil besar yang sanggup menyerap ribuan tenaga kerja.

Airlangga menyebut ada empat industri tekstil baru yang saat ini beroperasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Satu di antaranya merupakan perusahaan tekstil global yang masuk ke dalam jajaran Fortune 500.

"Jadi tekstil bukan sunset industry. Salah satunya adalah Fortune 500," kata Airlangga saat menyampaikan sambutan peresmian pabrik bahan anoda baterai lithium milik PT Indonesia BTR Energy Material di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kabupaten Kendal, Jawa Tengah pada Rabu (7/8).

Reporter: Antara