Kepala Peneliti Political Strategy Group (PSG) Ahsan Ridhoi memproyeksikan Pilkada Daerah Khusus Jakarta (DKJ) akan berlangsung dalam dua putaran.
"Dan ada tiga calon, ada kemungkinan dua putaran. Karena kita juga punya pengalaman di 2017 tiga pasang kandidat itu dua putaran," kata Ahsan dalam Rilis Survei Pilkada Jakarta di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Sabtu (7/9).
Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 39% responden memilih mendukung Anies Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok 22%, dan Ridwan Kamil 15%
"Artinya, warga Jakarta pada dasarnya cenderung menginginkan mantan gubernur-nya itu kembali memimpin mereka," ujarnya. Hal tersebut juga berkorelasi dengan angka kepuasan masyarakat terhadap Anies dan Ahok.
"Jadi kenangannya manis kayak-nya dengan Pak Anies, dengan Pak Ahok. Jadi mereka lebih (dipilih) kembali, sementara Ridwan Kamil itu hanya terbatas di 15%," ucap Ashan.
Menurut Ashan, pemilih loyal Ridwan kamil sebenarnya sangat kecil ketika dihadapkan dengan Anies dan Ahok. "Fans RK (Ridwan Kamil) ini kira-kira ya hampir 20% dari populasi Jakarta," ujarnya.
Namun, dia menyadari bahwa yang resmi mendaftar sebagai calon gubernur ke KPUD Jakarta hanya Ridwan Kamil. Dalam survei head to head, Anies kemungkinan menang satu putaran melawan Ridwan Kamil. Berbeda ketika berhadapan dengan Ahok, selisih suara antara Ridwan Kamil dan Ahok tak terlalu jauh.
Di sisi lain, terdapat 58% responden kemungkinan akan memilih Ridwan Kamil, tetapi tergantung lawannya. Dari 58% itu, hanya 19% yang menyatakan loyal kepada Ridwan Kamil dan tak berpindah dukungan.
Sementara, 42% responden memastikan tak akan mendukung Ridwan Kamil siapa pun lawannya. "Artinya ada banyak swing voter yang bisa digali," kata Ahsan.
Tekanan Psikologi Elektoral
Pemilih Jakarta diperkirakan bakal mengalami distressed atau tekanan psikologi elektoral karena dua teratas calon gubernur paling disukai dan paling akan dipilih, Anies (39%) dan Ahok (22%) sudah batal berlaga di Pilkada 27 November.
"Untuk itu, kemungkinan Pilkada Jakarta dua putaran masih sangat terbuka," ujarnya.
PSG mencatat setelah pengumuman resmi RK-Sus, Pram-Rano, dan Dharma-Kun, terdapat potensi pergeseran suara pemilih Anies ke RK sebesar 47%, lebih sedikit dari pemilih Ahok yang bergeser ke RK yaitu sebesar 58%.
Sedangkan gabungan pemilih Anies dan Ahok yang belum memutuskan pilihannya sebesar 40%. Sehingga pihak Pramono-Rano bakal menyasar pemilih yang masih mengambang.
"Berdasarkan data tersebut, nampak jelas bahwa Pramono-Rano sama sekali tidak bisa menganggap remeh langkah-langkah strategis terkait pembangunan narasi, soliditas tim kampanye, dan keseriusan logistik kampanye yang menyentuh basis-basis suara mengambang," kata Ahsan.
Ahsan mengingatkan, Pramono-Rano bahwa kampanye di media sosial sama sekali tidak akan menguntungkan, apalagi hanya mengandalkan figur imajinatif "si Doel".
Membangun Daya Tarik Pemilih Ahok-Anies
Di sisi lain, pasangan RK-Suswono harus lebih rinci membaca aspirasi warga Jakarta. Sebab dalam temuan survei PSG, tema hunian warga jauh dari perhatian 1.540 responden.
"Angka responden yang termasuk cukup besar. RK-Suswono harus bisa melakukan elaborasi lebih serius dalam menyikapi harapan warga pemilih, termasuk memperbaiki cara pandang dan penyikapan pendukung Persija," katanya.
PSG menyimpulkan bahwa RK-Sus dan Pram-Rano memiliki beban kerja berat untuk membangun daya tarik pemilih Anies dan Ahok.
"Mungkin jika salah satunya atau bahkan Dharma Porengkun sanggup merayu Anies untuk menjadi juru kampanye utamanya, mungkin peta elektoral dapat berubah," ujarnya.