Top News: Kasus Korupsi Dua Emiten dan Wacana Prabowo Hapus Kementerian BUMN

Fauza Syahputra|Katadata
Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
27/9/2024, 06.12 WIB

Terdapat dua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB, diduga terkait kasus korupsi.

Sebanyak tiga petinggi PT Totalindo telah menjadi tersangka karena terlibat dalam kasus dugaan korupsi pengadaan lahan di Rorotan, Jakarta.

Sementara di BJB, KPK tengah mengusut dugaan korupsi terkait penempatan dana iklan. Penyidik KPK menduga BJB melakukan penggelembungan harga terhadap anggaran tersebut selama dua tahun, dari 2021 hingga 2023.

Kasus korupsi yang menjerat dua emiten tersebut menjadi salah satu artikel Top News Katadata.co.id. Selain itu, ketahui juga mengapa Presiden Terpilih Prabowo Subianto berencana menghapus Kementerian BUMN, serta skandal makelar IPO di Bursa.

1. Diburu KPK, Dua Emiten ini Terjerat Skandal Korupsi

Dua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) atau Bank BJB, kini terjerat kasus korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga mengungkapkan bahwa salah satu emiten telah merugikan negara hingga Rp 223 miliar. Selain itu, ditemukan dugaan markup dalam penempatan iklan sepanjang periode 2021 hingga 2023, dengan nilai total sekitar Rp 200 miliar.

2. Prabowo Dikabarkan akan Hapus Kementerian BUMN Jadi Lembaga Non-Departemen

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diisukan akan dirombak menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPNK) pada Pemerintahan Prabowo-Gibran.

Pembahasan ini muncul ketika Penasihat Prabowo, Burhanuddin Abdullah, mengatakan ada rencana melakukan transformasi kelembagaan dari Kementerian BUMN. Ia menilai jika aset BUMN seluruhnya mencapai US$ 1 triliun.

Melansir dari laporan kinerja BUMN, total aset portofolio BUMN tembus Rp 10.401,50 triliun atau naik 6,26% secara tahunan. Badan Usaha Milik Negara mencetak laba tahun berjalan sebesar Rp 327,12 triliun. Perolehan tersebut meningkat 5,87% secara tahunan atau year on year (yoy) dari capaian laba tahun sebelumnya yaitu Rp 308,99 triliun.

Burhanuddin menyoroti nilai jumbo yang dimiliki aset BUMN, tetapi sumbangannya untuk negara masih kurang. Sehingga harus ada transformasi bisnis, kultural, dan manajemen.

3. Skandal Makelar IPO Mencoreng Kredibilitas Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) belum lama ini diguncang oleh skandal gratifikasi yang terkait dengan proses penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO). Lima orang oknum karyawan BEI akhirnya dipecat akibat pelanggaran ini.

Kabar mengenai kasus gratifikasi ini bermula dari surat kaleng yang ditujukan ke media center BEI, pada Senin, 26 Agustus 2024. Surat yang dibawa orang tak dikenal itu membawa informasi ihwal dugaan kasus gratifikasi proses IPO.

Sebelum kasus ini muncul, otoritas Bursa telah mengeluarkan imbauan tegas kepada seluruh insan Bursa untuk tidak menerima atau memberikan gratifikasi dalam bentuk apa pun. Namun, tidak lama kemudian ada surat kaleng baru yang berjudul “Terlibat Gratifikasi Proses Listing Emiten: BEI PHK Karyawan Divisi Penilaian Perusahaan”.

4. Laba BRI Melonjak Jadi Rp 36,2 Triliun, Analis Ungkap Prospeknya

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih Rp 36,2 triliun hingga Agustus 2024. Perolehan tersebut naik 4% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy).

Lead Investment Analyst di Stockbit Sekuritas, Rahmanto Tyas Raharja menilai, kinerja bank BBRI pada Agustus 2024 juga positif, laba bersih bulan Agustus mencapai Rp 4,8 triliun.

Angka tersebut melesat 51% dibandingkan bulan sebelumnya (mom) dan tumbuh 21% dibandingkan tahun lalu (yoy).

Performa positif BBRI didukung oleh beberapa faktor, misalnya pertumbuhan laba operasional prapenyisihan atau PPOP yang didorong oleh pendapatan non-bunga dan NIM yang masih terjaga. Kemudian adanya perbaikan pada Cost of Credit (CoC) BBRI.

5. The Fed Diproyeksi Bakal Pangkas Suku Bunga Lagi, Bagaimana Efek ke Pasar Modal?

Mandiri Sekuritas memproyeksikan The Fed akan menurunkan suku bunga lagi sebesar 75 basis poin (bps) pada akhir 2024 ini. Angka tersebut lebih tinggi dari proyeksi bulan sebelumnya yakni sebesar 50 bps.

Bank Indonesia (BI) sebelumnya menurunkan suku bunga acuannya, yaitu BI Rate dari 6,25% menjadi 6%. Selain itu, suku bunga deposit facility dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga lending facility menjadi 6,75%.

Seiring dengan hal itu, The Fed juga secara bersamaan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bps) pada Kamis, 19 September lalu. Angka tersebut lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 25 bps.