Menteri Agama Sebut Kejahatan Seksual di Pondok Pesantren Dibesar-Besarkan Media
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan peristiwa kejahatan seksual di pondok pesantren dibesar-besarkan oleh media. Meski tak menampik adanya peristiwa tersebut, namun menurutnya kasusnya tak sebesar yang diberitakan.
Mulanya, ia mengajak agar masyarakat luas memelihara pondok pesantren. Ia menegaskan pondok pesantren memiliki jasa yang besar dalam kemerdekaan Republik Indonesia.
“Tapi sekarang diterpa isu yang sangat berat. Isu pertama belum selesai adanya kejahatan seksual di pondok pesantren yang dibesar-besarkan oleh media, padahal itu hanya sedikit jumlahnya,” kata Nasaruddin dalam sambutannya pada acara penandatanganan kerja sama di Kantor Kemenko PM, Jakarta, Selasa (14/10).
Isu lainnya, yakni terkait peristiwa ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang merenggut puluhan korban jiwa.
“Jangan sampai orang nanti alergi memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren,” kata dia.
Ia menyoroti jerih payah para pendiri pesantren yang sudah lebih dari 200 tahun. Ia berharap usaha para pendiri pondok pesantren tak tertimbun oleh stigma yang muncul karena sejumlah kasus tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Nasaruddin juga menyoroti kemampuan finansial pondok pesantren yang terbatas. Selain itu juga sulitnya izin untuk membangun pondok pesantren.
“Mungkin nanti ke depan kami akan memberikan keringanan terhadap pembangunan-pembangunan yang akan dilakukan di Pondok Pesantren, agar anak-anak bangsa yang masih tetap jatuh cinta menyekolahkan anaknya di Pesantren itu masih tetap tertolong,” kata dia.