Produksi Pertanian Diperkirakan Turun 6,2% Terimbas Pandemi Corona

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Petugas memeriksa stok pangan di Jakgrosir, Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (12/3/2020). CIPS memperkirakan produksi pertanian turun higga 6,2% karena terganggunya rantai pasok akibat pandemi corona.
Penulis: Rizky Alika
3/4/2020, 14.00 WIB

"Jika harga beras dan telur naik, perilaku masyarakat bisa bergeser menjadi lebih banyak mengkonsumsi beras serta mengurangi konsumsi telur," ujar dia.

(Baca: Harga Bawang Putih Masih Tinggi, KPPU Sebut Relakasi Impor Tak Efektif)

Apalagi, lanjut Felippa, banyak produk Indonesia yang membutuhkan bahan baku melalui impor. Sedangkan proses impor di Indonesia membutuhkan waktu yang panjang.

Contohnya, perizinan impor daging sapi seharusnya bisa selesai dalam waktu 32 hari, merujuk pada aturan yang berlaku. Namun, fakta di lapangan menunjukkan importir membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan perizinan.

Dia pun mengimbau agar hambatan birokrasi dibebaskan terutama di tengah pandemi corona. "Butuh langkah tegas dan sigap, jangan sampai terhambat birokrasi," ujar dia.

Selain mengurangi hambatan perdagangan, Anggota Dewan Pengawas CIPS dan Ekonom Australian National University Arianto Patunru mengatakan, Indonesia perlu membentuk sistem Emergency Food Reserves atau Cadangan Pangan Darurat.

"Sistem ini juga bisa dilakukan melalui kerja sama dengan negara lain, misalnya lewat kerangka East Asian Emergency Rice Reserves/APTERR," katanya.

(Baca: Ada Pandemi Corona, Pemerintah Jamin Stok Pangan Cukup Jelang Ramadan)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika