Produksi beras selama masa panen pada Maret hingga April 2020 diperkirakan meningkat. Seiring dengan surplus stok beras, Kementerian Pertanian berencana mengalokasikan sebagian pasokan beras untuk ekspor.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memperkirakan produksi beras pada musim panen bisa mencapai 5-7 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi beras saat ini mencapai 2,4 juta ton per bulan. Sehingga, diperkirakan masih terdapat surplus beras saat memasuki panen raya.
"Kami ekspor pada saatnya. Kami sedang persiapan panen raya pada Maret mendatang," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (4/2).
(Baca: Mentan Bakal Teken Nota Kesepahaman Ekspor Beras ke Tiongkok Februari)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras mengalami peningkatan pada Maret dan April 2018 dan 2019 sejalan dengan masuknya musim panen raya.
Pada Maret 2018, produksi beras mencapai 5,55 juta ton, kemudian pada April 2018 mencapai 4,36 juta ton. Sementara, pada Maret 2019 produksi beras mencapai 5,25 juta ton, kemudian padaa April 2019 mencapai 5,12 juta ton.
(Baca: Dorong Produksi, Kementan Bidik Ekspor Hasil Kebun Naik 3 Kali Lipat)
Rencana ekpsor beras tersebut sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo. Jokowi meminta Indonesia untuk mengeskpor beras sebanyak 500 ribu ton pada 2020.
Salah satu pasar yang dibidik negara tujuan ekspor beras, menurutnya adalah Tiongkok. "Hampir semua tempat butuh beras kita, termasuk Tiongkok," kata Syahrul.
Sebelumnya, ekspor beras Indonesia diharapkan bisa mencapai 100 ribu ton. Tak hanya kawasan Asia, Mentan juga sempat menargetkan ekspor beras ke Arab Saudi guna memasok kebutuhan jamaah haji atau umroh.
Ekspor Beras Sulit
Ekspor beras dinilai sulit lantaran harga produksi beras di Indonesia mahal dibandingkan pasar global. Guru Besar Tetap Ilmu Ekonomi Pertanian, Universitas Lampung (Unila) Bustanul Arifin mengatakan, ongkos produksi beras di Indonesia 2,5 kali lipat lebih mahal dari Vietnam.
"Ekspor beras kita kalah bersaing dengan negara lain yang menjual lebih murah," kata Bustanul.
Berdasarkan data International Rice Research Institute (IRRI) 2016, biaya produksi padi di Indonesia sebesar Rp 4.079 per kilogram. Komponen biaya produksi padi tersebut meliputi biaya bibit, pupuk, pestisida, sewa tanah, irigasi, dan lainnya.
(Baca: Harga Beras di Tingkat Penggilingan Periode Januari 2020 Naik)
Sedangkan, Vietnam bisa menghasilkan beras dengan biaya produksi sebesar Rp 1.679 per kilogram. Biaya produksi beras di Indonesia juga lebih tinggi dari Filipina (Rp 3.224 per kilogram), Tiongkok (Rp 3.661 per kilogram), India (Rp 2.306 per kilogram), dan Thailand (Rp 2.291 per kilogram).