Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Pedaging kembali mengeluhkan anjloknya harga ayam hidup di tingkat peternak. Hal itu dipicu oleh berlebihnya pasokan ayam.
"Kami akan melakukan aksi demo karena kondisi ini sudah terlalu lama, yakni 17 bulan," kata Ketua Pinsar Pedaging Jawa Tengah Parjuni di Solo, Senin (20/1).
Ia mengatakan saat ini harga ayam hidup lepas kandang masih rendah jika dibandingkan dengan harga pokok produksi (HPP). Menurut dia, harga ayam hidup lepas kandang saat ini berada di kisaran Rp13.500-14.500 per kilogram (kg), Sedangkan HPP di angka Rp17.500-18.000/kg.
(Baca: Harga Ayam Jatuh, Peternak Klaim Merugi Rp 2 Triliun Tahun Ini)
"Sebetulnya jelang Natal 2019 harganya sempat mendekati HPP, yaitu sekitar Rp17.000/kg. Harapan kami paling tidak harga ini bisa bertahan hingga tahun baru, tetapi ternyata setelah Natal harga terus turun sampai sekarang," katanya.
Terkait rendahnya harga ayam, asosiasi menyatakan sudah beberapa kali berkomunikasi dengan Kementerian Pertanian. Meski demikian, sejauh ini hasilnya kurang memuaskan.
"Dulu sempat disepakati akan ada pengurangan 7 juta bibit ayam yang ada di lapanganm, tetapi kenyataannya hanya dikurangi 5 juta ekor. Artinya Dirjen Peternakan tidak komitmen," katanya.
Ia mengatakan, dengan anjloknya harga tersebut peternak rakyat terus mengalami kerugian, bahkan hingga ratusan juga rupiah.
"Seperti saya saja, dalam satu bulan rata-rata bisa rugi sampai Rp200 juta. Kalau ini sudah berjalan selama 17 bulan, berapa besar kerugian saya," katanya.
(Baca: Harga Ayam Anjlok, 700 Peternak Broiler Unjuk Rasa di Kementan)
Terkait hal itu, dia berharap pemerintah benar-benar bisa menjadi pengayom peternak kecil dan tidak terkesan propengusaha besar.
Sementara itu, terkait dengan aksi demonstrasi akan dilakukan pada Rabu (22/1) di Kantor Kementerian Pertanian. Menurut dia, pada kegiatan tersebut kemungkinan juga akan dilakukan aksi bagi ayam secara gratis kepada masyarakat,