Asosiasi Petani Harap Program B30 Kerek Serapan Sawit dan Harga CPO

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi bahan bakar minyak B20, B30, B0, dan B100. Petani sawit mengharapkan program B30 bisa genjot serapan Tandan Buah Segar (TBS) sawit.
Editor: Ekarina
10/1/2020, 23.24 WIB

Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) memprediksi harga minyak sawit mentah (CPO) berpotensi membaik tahun ini seiring dengan meningkatnya serapan dalam negeri. Peningkatan itu antara lain ditopang oleh program pencampuran minyak sawit 30% dengan solar atau B30 yang dicanangkan pemerintah.

Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat ME Manurung menjelaskan kebijakan penggunaan B30 telah lama ditunggu petani sawit, kendati penerapannya semat terkendala berbagai hal. Padahal, hal itu akan meningkatkan penyerapan minyak sawit hingga 30%,  sehingga penjualan komoditas sawit tak hanya bergantung pada pasar global.

"Idealnya konsumsi kita mencapai 60% baru kita jadi big hero dari minyak sawit mentah (CPO) dunia, tidak ada satu orang pun yang bisa mengatur harga," kata dia saat dihubungi katadata.co.id, Jumat (10/1).

(Baca: Presiden Jokowi: Tidak Masalah Uni Eropa Tak Beli CPO Indonesia)

Data CIF Rotterdam mencatat, rata-rata harga CPO global saat ini terus menguat ke level US$ 855 per metrik ton (MT) dibandingkan posisi harga CPO bulan lalu di sekitar US$ 765 per ton ataupun per Oktober 2019 dimana harga CPO anjlok sampai ke level US$ 525 per ton.

Adapun sepanjang  Oktober 2019 hingga Januari 2020, harga sawit tertinggi dicapai pada 3 Januari lalu, dimana harga sawit berhasil menembus US$ 870 per ton.

Naiknya harga minyak sawit juga berimbas pada kenaikan harga Tandan Buah Segar (TBS) . Menurutnya, harga TBS sawit terus menajak hingga hampir menyentuh Rp 2.500 per kilogram (kg). Harga tersebut merupakan harga ideal yang dinginkan oleh petani.

Selain itu, peningkatan harga minyak sawit juga dikarenakan adanya penurunan  produksi TBS nasional. Hal ini disebabkan lantaran sebanyak 42% atau setara 200 ribu hektare (ha) lahan lahan sawit tengah dilakukan peremajaan (replanting).

Di sisi lain, rata-rata konsumsi dunia pada kuartal ini dibandingkan tahu lalu disinyalir bakal ada peningkatan. Memanasnya konflik Iran dan AS yang akan berdampak pada kenaikan harga minyak dunia. Dengan harga minyak yang tinggi, diharapkan banyak negara beralih ke biodiesel yang  yang harganya lebih murah. Degan permintaan yang global dan domestik yang menungkat, harga minyak sawit diharapkan terkerek.

"Jadi semuanya saling sinergi permintaan meningkat," kata dia.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono sebelumnya mengungkapkan, harga minyak sawit mentah atau CPO diprediksi naik pada kuartal pertama 2020 lantaran kondisi pasokan dan permintaan yang seimbang.

Namun kuartal-kuartal berikutnya, bisa saja terjadi akan mengalami penurunan. Ini sebabkan, pada kuartal II dan III, produksi minyak sawit biasanya relatif meningkat. 

Namun, dengan kebakaran hutan perkebunan sawit tahun lalu, pihaknya akan melihat dampaknya terhadap jumlah pasokan dan produksi CPO ke depan. 

(Baca: Gapki Sebut Pemenuhan Target Ekspor Perkebunan Terhambat Pasokan)

"Jadi tahun ini supply and demandnya lebih tepat. Ini yang akan menjadi faktor fundamental peningkatkan harga," kata Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono saat ditemui di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (8/1).

Sebagai informasi, Indonesia merupakan produsen CPO terbesar dunia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi minyak sawit Indonesia pada 2018 mencapai 48,68 juta ton. 

Jumlah tersebut terdiri atas 40,57 juta ton minyak sawit dan 8,11 juta ton (Palm Kernel Oil/PKO). Pada 2019, produksi minyak CPO nasional diproyeksikan mencapai 51,44 juta ton, yang terdiri atas 42,87 juta ton minyak CPO dan 8,57 juta ton PKO.

Reporter: Tri Kurnia Yunianto