Kementan Prioritaskan Produksi Cabai dan Bawang ke Indonesia Timur

ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Petani memanen cabai rawit di Kawasan Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (10/3). Dalam sepekan terakhir, harga cabai rawit naik dari Rp120.000 menjadi Rp140.000 per kg karena tidak ada pasokan kepada pedagang.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
23/11/2018, 17.00 WIB

Kementerian Pertanian juga telah meminta perwakilan seluruh Dinas Pertanian Provinsi untuk mengevaluasi pola tanam tahun 2018. "Masing-masing daerah harus peduli dan tahu kebutuhan bawang dan cabai sehingga kebutuhan tanam dapat terpetakan," ujar Prihasto.

Dengan pola penanaman cabai dan bawang secara tepat mampu meningkatkan semangat petani karena bisa memperoleh keuntungan. Alasannya, produksi yang berlebihan membuat petani enggan menanam karena harganya bisa jatuh.

(Baca : Harga Cabai dan BBM Non-Premium Sebabkan Inflasi Maret 0,2%)

Kementerian Pertanian pun merinci konsumsi berdasarkan rumah tangga, hotel, restoran, katering, industri, benih, ekspor, dan angka susutnya. Pemetaan produksi juga lebih jelas karena daerah produksi yang kurang bisa lebih difokuskan. “Metode ini lebih realistis dibanding pemaksaaan tanam di sentra produksi utama," katanya lagi.

Karenanya, Kementerian Pertanian menargetkan luas panen nasional untuk tanaman cabai besar pada tahun depan bisa mencapai seluas 113.551 hektare, cabai rawit 103.169 hektare, bawang merah 157.330 hektare, kentang 73.651 hektare, dan wortel 27.047 hektare.

Pemetaan wilayah itu sudah  berdasarkan kebutuhan lokal, pola tanam, jalur distribusi, jumlah petani, serta potensi wilayah yang ada.

Halaman:
Reporter: Michael Reily