Menteri Pertanian Amran Sulaiman menolak tawaran impor jagung dari Rusia. Hal itu diungkapkannya usai bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Ludmila Vorobieva, dalam pembahasan mengenai peningkatan kerja sama di sektor pertanian.
Indonesia memiliki alasan kuat untuk tidak mengimpor jagung. Pasalnya, produksi jagung dalam negeri sudah mencapai target swasembada, bahkan sudah mampu diekspor ke enam negara. “Saya sudah sampaikan, kami tidak terima tawaran jagung dari Rusia,” kata Amran usai pertemuan di Jakarta, Jumat (8/6).
Catatan Kementerian Pertanian, produksi jagung Indonesia pada tahun lalu mencapai 28 juta ton dengan area lahan tanam jagung sebesar 3 juta hektare. Tahun ini, luas tanam jagung ditargetkan mencapai 4 juta hektare dengan estimasi peningkatan produksi sebesar 30%.
(Baca : Kementan Keberatan Kemendag Izinkan Impor Jagung Dekat Masa Panen)
Upaya pemerintah meningkatkan produksi jagung juga dilakukan melalui integrasi kebun sawit dan perhutani dengan penanaman jagung, kemitraan peternak dengan petani, dan kebijakan harga bawah. Dengan upaya itu, Kementan berharap Indonesia bisa masuk lima besar negara penghasil jagung dunia.
Karenanya, selain jagung, pembahasan kerja sama pertanian Indonesia dengan Rusia diarahkan pada komoditas lain dan menguntungan kedua pihak. Misalnya, peningkatan penjualan komoditas minyak kelapa sawit dan inisiasi ekspor produk buah-buahan tropis Indonesia. “Kami tawarkan produk salak, manggis, mangga, dan nanas,” ujarnya.
Ludmila pun menyambut baik usulan itu dan menyebut akan membuka perdagangan lebih luas antara kedua negara dengan membeli beberapa jenis komoditas lain seperti karet, kopi, teh, dan kakao dari Indonesia. “Karena iklimnya dingin, kami tidak memiliki produk buah seperti iklim tropis di Indonesia,” ujar Ludmilla.
(Baca : Indonesia Akan Ekspor 4 Juta Ton Jagung ke Malaysia dan Filipina)
Meski begitu, agar menjadikan kerja sama perdagangan kedua negara lebih seimbang, dia juga menawarkan beberapa komoditas unggulan pertanian Rusia untuk masuk ke pasar Indonesia. Contohnya adalah peningkatan ekspor gandum dan mulainya penjualan kacang kedelai natural, kacang, dan serealia, setelah tawaran impor jagung resmi ditolak.