(Baca : Harga Gabah Tinggi, Bulog Minim Serapan)
Satuan kerja Bulog bekerja sama dengan Gapoktan sehingga bisa memasok gabah ke perusahaan pelat merah tersebut sesuai Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015. “Petani juga akan mendapat kredit dan modal kerja sehingga lebih mandiri,” ujarnya.
Saat ini, stok beras di gudang Bulog tercatat sebanyak 1,2 juta ton, yang mana sekitar 450 ribu ton terdiri dari beras impor dan pengadaan beras komersial kurang lebih 100 ribu ton. Sisanya, berasal dari pengadaan dalam negeri.
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Soetarto Alimoeso sebelumnya menjelaskan kebijakan peningkatan fleksibilitas 20% pada 12 Februari 2018 diperkirakan telah memicu kenaikan harga gabah dan beras beberapa waktu lalu.
Kebijakan pemerintah memberlakukan fleksibilitas 20% pada Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Bulog diduga menjadi penyebab tingginya harga gabah dan beras di tingkat produsen. Aturan peningkatan harga beli dari HPP gabah sebesar Rp 3.700 per kilogram dan beras Rp 7.300 per kilogram telah menyebabkan psikologis pasar ikut terdorong.
“Fleksibilitas membentuk keseimbangan harga baru,” kata Soetarto, pekan lalu.
Harga beli Bulog sebesar Rp 8.760 per kilogram dinilai terlalu tinggi untuk bisa dijual dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 9.450 per kilogram. Perbedaan harga sekitar Rp 700 masih pun menurutnya terlalu minim, mengingat distribusi beras harus melewati rantai pasok pengepul dan distribusi ke penjualan retail.