Harga Gabah Tinggi, Bulog Minim Serapan
Harga rata-rata gabah dan beras di pasaran masih berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Hal tersebut menyebabkan serapan gabah oleh Perum Bulog masih relatif minim, yakni baru sekitar 0,65% atau 17.694 ton setara beras, masih jauh dari target penyerapan pada tahun ini sebesar 2,7 juta ton.
Sekretaris Perusahaan Bulog Siti Kuwati mengakui pihaknya sedikit sulit menyerap gabah petani dengan kondisi harga gabah yang tinggi di pasar. Meski begitu, Bulog tetap akan melakukan penyerapan dengan skema komersial.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga rata-rata nasional gabah kering panen di tingkat petani Rp 5.415 per kilogram, gabah kering giling di tingkat penggilingan Rp 6.099 per kilogram, dan beras medium di tingkat penggilingan Rp 10.177 per kilogram pada Januari 2018.
(Baca:Dapat Fleksibilitas 20%, Bulog Optimalkan Target Serapan Gabah)
Menurut Siti, harga pasar yang berada di atas HPP menjadi momen untuk para petani menikmati harga yang lebih baik. Meski memiliki harga tinggi, Bulog berkomitmen untuk melakukan penyerapan. “Untuk memenuhi kebutuhan penjualan beras komersial,” kata Siti dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (21/2).
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015, Bulog berfungsi sebagai penyangga harga. “Dalam hal ini, tugas Bulog sebagai penyangga harga di tingkat produsen sudah berjalan sesuai tugas pokok fungsi,” jelasnya.
Sementara dari segi konsumen, Bulog juga menjalankan fungsi stabilisasi harga pangan melalui pelaksanaan operasi pasar dengan harga maksimum sama dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku. Hingga saat ini, Bulog mencatat jumlah beras yang sudah didistribusikan untuk operasi pasar sudah sekitar 223 ribu ton.