Pemerintah Dikritik Karena Terlalu Banyak Subsidi Pupuk Kimia

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Seorang petani menyemprotkan racun pembasmi hama di persawahan Desa Tana Harapan, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Kamis (16/3). Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menargetkan pencetakan sawah baru pada 2017 seluas 2.500 hekta
Penulis: Muhammad Firman
Editor: Pingit Aria
22/5/2017, 14.34 WIB


Nilai Ekspor Komoditas Pertanian 2010-2016

Dengan rerata konsumsi padi 114 kilogram per kapita, maka total konsumsi beras sebesar 31 juta ton. Secara hitung-hitungan matematis, produksi beras tahun lalu seharusnya surplus 14 juta ton atau naik 2,2 juta ton dari tahun 2015.

Kenyataannya, pada tahun 2016 impor beras mencapai 1,2 juta ton atau setara US$ 531 juta setara Rp 6,6 triliun. Jumlah ini melonjak dari 861 juta ton atau US$ 351 juta pada tahun 2015. “Kalau ada bilang produksi naik, tidak sebesar itu kenaikannya,” katanya.

(Baca juga: Pemerintah Bakal Ubah Penyaluran Subsidi Bibit Petani)

Selain itu, yang perlu diperhatikan, kata Bustanul, adalah data the National University of Singapore (NUS) yang menyebut total factor productivity (TFP) pertanian Indonesia hanya 1 persen. “Padahal rerata TFP ASEAN mencapai 1,4 persen,” katanya.  

Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Lampung ini menyatakan, saat ini daya tampung air pada tanah sudah semakin menyusut. Sebab, unsur hara sudah banyak terserap.  “Alhasil tanah mengeras dan pecah-pecah sehingga kapasitas produksi menurun” katanya.

Halaman:
Reporter: Muhammad Firman