Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim keberhasilannya memimpin sektor pertanian. Sejak awal pemerintahan Jokowi-JK hingga tahun lalu, Kementerian Pertanian (Kementan) telah berhasil meningkatkan produksi dan swasembada pangan nasional.
Menurutnya, selama 32 tahun (1984-2015) Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Tahun lalu produksi pangan strategis bisa meningkatkan, sehingga impornya turun. Bahkan untuk padi, cabai dan bawang merah tidak lagi impor. (Baca: Diprotes Petani, Pemerintah Janji Hentikan Impor Kentang)
Amran mengatakan keberhasilan ini tidak lepas dari kebijakan dan terobosan baru pembangunan pertanian, sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Ada beberapa penyempurnaan regulasi yang mencakup semua aspek pertanian. Pertama, merevisi Perpres 172/2014 tentang tender penyediaan benih dan pupuk menjadi penunjukkan langsung atau e-katalog sehingga bisa tersedia tepat waktu menjelang masa tanam.
“Kedua, refocusing anggaran 2015 hingga 2017 sebesar Rp 12,2 triliun dari perjalanan dinas, rapat, rehabilitasi gedung direvisi menjadi rehabilitasi irigasi, alat mesin pertanian, cetak sawah dan lainnya untuk petani,” kata Amran dalam keterangannya saat rapat persiapan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian di Jakarta, Selasa (3/1).
Ketiga, penyaluran bantuan benih yang tidak hanya untuk lahan pertanian yang sudah ada, sehingga berdampak pada penambahan lahan produksi. Keempat, pengawalan program Upaya Khusus (UPSUS) dan evaluasi harian. Kelima, pengendalian pengendalian impor, mendorong ekspor, deregulasi perijinan dan investasi, serta penyaluran asuransi pertanian.
Penataan sumber daya manusia (SDM) dengan monitoring dan evaluasi harian terus dilakukan. Pemerintah juga telah membentuk Tim Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli). “Kalau ketahuan melakukan pungli, tanpa kompromi kami akan copot,” ungkapnya.
Amran mengklaim berbagai kebijakan tersebut telah diimplementasikan secara nyata di lapangan. Hasilnya, perbaikan irigasi seluas 3,05 juta hektare (ha) yang ditargetkan 3 tahun, telah mampu dikerjakan dalam waktu 1,5 tahun. (Baca juga: Jokowi: Pemanfaatan 36,8 Juta Hektare Lahan Pertanian Belum Maksimal)
Penyediaan 180.000 unit peralatan dan mesin pertanian (alsintan) yang meningkat 2.000 persen, asuransi pertanian naik 100 persen menjadi 674.650 ha, pengembangan bibit unggul 2 juta ha, serta pembangunan embung, long storage dan dam-parit mencapai 3.771 unit. Kemudian pembangun lumbung pangan di wilayah perbatasan, integrasi jagung-sawit 233.000 ha, peningkatan indeks pertanaman, pengembangan lahan rawa lebak, dan program sapi indukan wajib bunting (SIWAB).
Program pengendalian impor dan pembangun Toko Tani Indonesia sudah mencapai 1.218 unit atau naik 100 persen. Dalam dua tahun terakhir, Kementan telah melalukan demosi dan mutasi sebanyak 599 jabatan, serta promosi 238 jabatan.
“Harus dicatat, semua implementasi program ini tidak pernah dilakukan sebelumnya, sehingga ini terobosan baru yang menjadi pembeda dibandingkan program sebelumnya,” ujar Amran.
Amran mengatakan melalui seperangkat kebijakan pertanian Indonesia telah mampu melewati ancaman peristiwa El Nino pada 2015 dan La Nina di tahun lalu. Keberhasilan beradaptasi terhadap kedua peristiwa tersebut, dibuktikan dengan tidak adanya paceklik sepanjang 2016.
Kementerian Pertanian mencatat produksi padi selama dua tahun terakhir naik 11 persen, jagung 21,8 persen, cabai 2,3 persen, dan bawang merah 11,3 persen. Peningkatan produksi juga terjadi pada komoditas unggulan peternakan, seperti daging sapi yang naik 5,31 persen, telur ayam 13,6 persen, daging ayam 9,4 persen, dan daging kambing 2,47 persen.
Produksi perkebunan tebu naik 14,42 persen, kopi 2,47 persen, karet 0,14 persen dan kakao 13,6 persen. Terkait kinerja ekspor-impor Amran memastikan tidak ada impor beras tahun lalu. ekspor beras naik 43,7 persen, impor jagung turun 66,6 persen dan impor bawang merah turun 93 persen.
Amran juga memaparkan capaian lainnya selama dua tahun terakhir, yakni peningkatan kesejahteraan petani. Ini terlihat dari penurunan kemiskinan di desa sebesar 0,01 persen, peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) 101,7 dan peningkatan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 109,8. (Baca: Sepanjang 2016, Daya Beli Petani Turun 1,31 Persen)
“Berdasarkan data INDEF, tingkat kepuasan petani meningkat 76,8 persen dan data CSIS menunjukkan kepuasan petani meningkat 72,9 persen. Indeks ketahanan Pangan Global naik 2,7 poin dan peringkat ketersediaan pangan Indonesia pun meningkat ke posisi 66,” kata Amran.
Terkait keberhasilan ini Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengapresiasi kinerja Kementan atas upayanya dalam meningkatkan produksi pertanian. Dia mengakui bahwa program Kementan saat ini telah mampu menambah lahan pertanian di tengah jumlah penduduk yang makin meningkat.
“Saya mengapresiasi kinerja Menteri Pertanian ini atas upaya-upayanya meningkatkan produksi khususnya melalui teknologi mekanisasi,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan mengatakan keberhasilan ini menandakan bahwa kinerja Kementan yang dinakhodai Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berhasil dalam pencapaian target. "Jika berpatokan pada data Kementan, maka swasembada beras harusnya sudah tercapai sejak tahun lalu. Sebab produksi sudah melebihi kebutuhan,” kata Daniel.
Kinerja Kementan ini juga mendapat apresiasi dari Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto J. Siregar. Upaya peningkatkan produksi beras nasional, mampu menghentikan impor dan swasembada beras tahun 2016. “Tapi jangan sampai terlalu fokus sama padi, jagung dan kedelai saja. Komoditas lainnya juga harus diperhatikan serius," ujar Hermanto.
Setelah keberhasilan yang dicapai hingga 2016, masih ada program utama lainnya yang perlu dikerjakan Kementan. Program ini meliputi pembangunan embung 4 juta ha, lumbung pangan perbatasan, pangan organik dunia, SIWAB sebanyak 4 juta inseminasi buatan, integrasi jagung dan sawit, membangun pabrik dan revitalisasi pabrik gula, serta pengembangan kawasan hortikultura dan kawasan rumah pangan lestari.
Selanjutnya menyelesaikan peta jalan (road map) menuju lumbung pangan dunia pada 2045. Setelah target swasembada padi, bawang merah, dan cabai tercapai tahun lalu, target 2017 adalah jagung dan 2019 swasembada kedelai dan gula. Pada 2025 Indonesia ditargetkan bisa swasembada gula industri, 2026 tidak lagi mengimpor daging sapi, dan 2033 swasembada bawang putih.