Garuda Indonesia (GIAA) menilai harga tiket pesawat saat ini sudah sangat murah, bahkan lebih murah dari tarif ojek online ataupun taksi. Bos maskapai pelat merah itu pun mengisyaratkan bahwa pihaknya belum mempertimbangkan untuk menurunkan harga tiket pesawat.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Garuda Indonesia Fuad Rizal menjelaskan, tarif batas atas (TBA) pesawat hanya Rp 2.520 per kilometer (km) untuk setiap penumpang pada pesawat full service carrier. Ini lebih rendah dari TBA ojek online yang sebesar Rp 2.600 per km, dan TBA taksi sebesar Rp 6.500 per km.

Transportasi umum yang TBA-nya lebih murah dari pesawat adalah MRT yaitu sebesar Rp 1.000 per km setiap penumpang. "Memang secara industri, tarif penerbangan di Indonesia sudah sangat murah," kata Fuad dalam paparan publik di kantornya, Tangerang, Jumat (27/12).

(Baca: Agar Harga Tiket Murah, Maskapai Desak Avtur Satu Harga ke Pemerintah)

Ia pun menjelaskan, kenaikan harga tiket pesawat beberapa tahun ini perlu dilakukan agar industri maskapai penerbangan dalam negeri lebih sehat. "Dari sisi harga tiket, industrinya sudah tidak sustain sama sekali, bisa rusak sendiri dan mati kalau seperti itu," kata dia.

Pada periode 2016 dan 2017, rata-rata tiket Garuda dijual sebesar 60% dari TBA. Sedangkan tahun ini, rata-rata tarif tiket Garuda sebesar 85% dari TBA. Di sisi lain, harga tiket pesawat anak usahanya, Citilink Indonesia, yang melayani penerbangan low cost carrier tercatat sebesar 30% dari TBA pada periode 2016 dan 2017. Sedangkan tahun ini, harganya 70% dari TBA.

(Baca: Banyak Diskon, Menhub Klaim Harga Tiket Pesawat di Akhir Tahun Membaik)

Fuad menilai kondisi industri penerbangan saat ini lebih sehat dibandingkan dengan periode 2016-2017 lalu. Meskipun, jumlah penumpang sekarang ini tak setinggi saat harga tiket pesawat lebih murah dulu.

Sepanjang sembilan bulan tahun ini, Garuda mendapatkan 8,2 juta penumpang, turun 20,6% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 10,3 juta penumpang. Penurunan tajam juga dialami Citilink. Jumlah penumpangnya hanya 3,1 juta orang, turun 26,2% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebanyak 4,2 juta penumpang.

Fuad menjelaskan, pendapatan usaha mampu tumbuh dua digit secara grup meski jumlah penumpang turun. Total pendapatan Garuda sebesar US$ 1,34 miliar sepanjang sembilan bulan tahun ini, tumbuh 10,3% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 1,22 miliar.

(Baca: Delapan dari 10 Orang di Indonesia Berencana Traveling pada 2020)

Atas dasar ini, Fuad mengisyaratkan pihaknya belum memikirkan penurunan harga tiket pesawat. Terlebih, sekitar 70% penumpang Garuda merupakan penumpang yang melakukan perjalanan bisnis, sehingga tidak begitu memikirkan harga tiket pesawat karena dibayarkan oleh perusahaan tempat penumpang bekerja.

"Kalau perusahaan (penumpang) ingin melakukan efisiensi, bisa menggunakan maskapai Citilink," kata dia.