KNKT Ungkap 9 Penyebab Kecelakaan Lion Air JT610

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono (kanan) didampingi Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Nurcahyo Utomo (kiri) memberikan keterangan pers hasil investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 di Jakarta, Jumat (25/10/2019).
Penulis: Ekarina
25/10/2019, 19.40 WIB

Ketujuh, investigasi tidak dapat menentukan pengujian AOA sensor setelah terpasang pada pesawat yang mengalami kecelakaan dilakukan dengan benar, sehingga kesalahan kalibrasi tidak terdeteksi.

Kedelapan, informasi mengenai stick shaker dan penggunaan prosedur non-normal Runaway Stabilizer pada penerbangan sebelumnya tidak tercatat dalam buku catatan penerbangan dan perawatan pesawat. Ini berakibat baik pilot maupun teknisi tidak dapat mengambil tindakan yang tepat.

Kesembilan, beberapa peringatan, berulangnya aktifasi MCAS dan padatnya komunikasi dengan ATC tidak terkelola dengan efektif. Hal tersebut diakibatkan oleh situasi-kondisi yang sulit dan kemampuan mengendalikan pesawat, pelaksanaan prosedur non-normal, dan komunikasi antar pilot, berdampak pada ketidak-efektifan koordinasi antar pilot dan pengelolaan beban kerja.

Kondisi ini telah teridentifikasi pada saat pelatihan dan muncul kembali pada penerbangan.

Kecelakaan Lion Air JT-610 yang melibatkan pesawat Boeing 737-Max rute Jakarta-Pangkal Pinang itu telah menyebabkan 189 orang penumpang dan awak pesawat meninggal dunia. 

(Baca: Tragedi Pesawat JT-610, Telunjuk Mengarah ke Boeing dan Lion Air)

Produsen pesawat asal AS, Boeing pun dikabarkan telah membayar tuntutan ganti rugi perdana kepada sejumlah keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air 737 Max.

Setiap kelurga korban disebut memperoleh kompensasi paling tidak sebesar US$ 1,2 juta atau sekitar Rp 16,98 miliar.

Mengutip laman Reuters, Pengacara Firma Hukum Floyd Wisner menyatakan telah menyelesaikan 11 dari 17 tuntutan ganti rugi terhadap Boeing yang diajukan keluarga korban pesawat.

Namun, Juru bicara Boeing Gordon Johndroe menolak berkomentar. Wisner menyebut, Boeing tak mengaku bertanggung jawab atas 11 kesepakatan tersebut.

Halaman:
Reporter: Antara