Pemerintah memastikan kajian terkait proyek kereta Jakarta - Surabaya akan selesai pada akhir bulan ini. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan saat ini studi kelayakan tersebut saat ini mencapai 20 persen.
"Studinya sudah 20 persen dari Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dengan Kementerian Perhubungan dan Jepang," kata Luhut di kantornya, Jakarta, Rabu (5/7).
Kajian terkait proyek kereta Jakarta Surabaya masih terus dikembangkan lantaran ditemukan banyak tikungan di jalur yang akan dibuat. Menurut Luhut, ditemukan lebih dari 100 tikungan di jalur tersebut. Alhasil, biaya untuk revitalisasi jalur kereta api Jakarta - Surabaya berpotensi membengkak.
(Baca: Uji Kelayakan Kereta Express Jakarta-Surabaya Pakai Dana APBN)
Selain itu, pihaknya juga mempertimbangkan apakah perlu membuat rute baru untuk proyek tersebut. Pasalnya, terdapat banyak moda transportasi menuju Surabaya saat ini, mulai dari kapal RoRo, kereta, jalan tol.
Kajian terkait jenis kereta yang akan digunakan juga terus dilakukan. Luhut mengatakan, pihaknya tengah mempertimbangkan apakah akan menggunakan kereta diesel atau listrik. "Kalau pakai diesel bisa 150 kilometer per jam. Kalau listrik baru bisa lebih (cepat)," ucapnya.
Pemerintah juga masih mengkaji siapa pihak yang akan digandeng sebagai mitra untuk menggarap proyek kereta tersebut. Saat ini sudah ada dua negara yang menawarkan diri, yakni Jepang dan China. (Baca juga: Pemerintah Ingin Tinjau Ulang Kerja Sama Indonesia – Jepang)
Jepang merupakan negara yang sejak awal mendapat preferensi mengerjakan proyek kereta semicepat Jakarta-Surabaya. Sementara, China telah mendapat proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulmafendi mengatakan kajian mengenai proyek Kereta Cepat Jakarta akan melalui tahap FGD (Focus Group Discussion). Tahapan ini akan dilakukan pada 12 Juli mendatang dengan melibatkan pihak-pihak terkait.
Saat ini, Kementerian Perhubungan tengah mematangkan berbagai opsi yang akan digunakan dalam proyek ini. Opsi-opsi tersebut nantinya akan dipilih dalam FGD. "Kami mau ada FGD dulu tanggal 12 Juli. Setelah itu mungkin akhir-akhir Juli deh (kajiannya selesai)," kata Zulmafendi.