Organda: Tarif Taksi Konvensional Tak Mungkin Bersaing dengan Online

Arief Kamaludin|KATADATA
Konvoi para pengemudi taksi dan angkutan umum menuntut penutupan layanan angkutan berbasiskan aplikasi online.
Penulis: Muhammad Firman
Editor: Pingit Aria
23/3/2017, 10.37 WIB

Ia menilai harga amat rendah yang ditawarkan taksi online tidak didasarkan pada perhitungan akuntansi biaya yang riil. Berdasarkan catatannya, penyelenggara aplikasi taksi online Uber selama tahun 2016 mengalami kerugian sampai US$ 3 miliar atau setara 40 triliun. Hal ini disebabkan praktik dumping yang ia nilai sebagai bentuk predatory pricing

(Baca juga:  Pemerintah Serahkan Penentuan Tarif Taksi Online ke Pemda)

“Kalau itu yang terjadi ini jahat nih. Karena yang diomongin itu ekonomi kerakyatan, tapi yang berkuasa siapa? itu capital besar yang entah di mana,” katanya.

Pada kesempatan lain, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan penentuan tarif taksi online yang dikeluarkannya akan menurunkan harga taksi konvensional.

"Kalau saya lihat, (tarif taksi) online akan naik, tapi konvensional akan mereduksi tarifnya. Ini karena (sudah) tidak ada perang tarif," katanya, kemarin. 

(Baca juga: Menhub: Ricuh Taksi Online dan Konvensional Dipicu Provokator)

Halaman:
Reporter: Muhammad Firman