Turis Asing Anjlok Saat Pandemi, Bisnis Pariwisata Rugi Rp 85 Triliun

ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/wsj.
Wisatawan mengunjungi Kompleks Taman Wisata Candi Keraton Ratu Boko di Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (3/7/2020). Pengusaha memperkirakan total kerugian sektor industri terkait pariwisata mencapai Rp 85 triliun selama pandemi corona.
Editor: Ekarina
14/7/2020, 15.00 WIB

Contohnya, terkait stimulus pengurangan pajak penghasilan PPh 21. Sebab, pengurangan pajak ini akan efektif diterapkan bila karyawannya mendapatakan gaji sebesar Rp 16,67 juta, sedangkan saat ini sebagian pekerja justru dirumahkan.

"Yang menarik adalah PPh 25 ini untuk sektor pariwisata yang mayoritas 90% pasti bukunya mencatat kerugian jadi mestinya tidak bayar PPh 25 karena rugi," kata dia.

Untuk memulihkan sektor pariwisata, khususnya perhotelan dan restoran Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sebelumnya telah memperkirakan butuh waktu paling cepat setahun setelah wabah mampu dikendalikan. 

(Baca: Okupansi Rendah, Pengusaha Hotel Menjerit Biaya Protokol Kesehatan)

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan upaya pemerintah menerapkan kebiasaan baru atau new normal pun tak serta merta meningkatkan kunjungan wisata. "Saya perkirakakan butuh satu tahun untuk pemulihan karena saat ini tidak ada yang mau datang ke hotel baik itu turis asing dan domestik saja sudah tidak mau," kata Shinta dalam diskusi daring di Jakarta, Senin (8/6).

Shinta mengatakan untuk menyelamatkan bisnis semua pengusaha harus bersiap-siap menghadapi berbagai macam perubahan yang bakal terjadi setelah pandemi. Perubahan tersebut di antaranya yakni fleksibilitas dalam berinovasi, stabilitas dalam menjaga perilaku pasar dan komunikasi kepada seluruh pemangku kepentingan untuk membangun kepercayaan. 

Upaya itu harus segera diterapkan pengusaha untuk menjaga kelangsungan bisnis. "Peningkatan persaingan usaha harus dilakukan baik itu perdagangan maupun investasi antarnegara dan ini kita bersaing dengan negara lain jadi semakin ketat dan bagaimana kita bisa bersaing dengan lebih kompetitif lagi," kata dia.

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto