Bukalapak tengah ramai diberitakan karena melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Namun, unicorn keempat Indonesia itu membantah keputusan tersebut sebagai gejala adanya masalah dalam perusahaan.
Dalam pernyataan resminya, PHK karyawan Bukalapak disebut sebagai salah satu strategi perusahaan agar dapat menjaga keberlanjutan bisnisnya. Bukalapak ingin menjadi unicorn pertama yang mencetak laba.
Ini merupakan hal baru, mengingat startup Indonesia masih identik dengan strategi ‘bakar uang’ untuk menggaet konsumen.
Chief of Strategy Officer of Bukalapak Teddy Oetomo menjelaskan, meski pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV) adalah indikator penting bagi e-commerce, pihaknya ingin membangun bisnis ke tahap lebih jauh.
Oleh karena itu, diakui Teddy, pihaknya perlu melakukan sejumlah penyelarasan internal, termasuk dengan PHK karyawan. Penyelarasan dibutuhkan untuk menerapkan strategi bisnis jangka panjang, serta menentukan arah selanjutnya.
"Kami ingin menjadi e-commerce unicorn pertama yang meraih keuntungan. Dengan pencapaian performa bisnis yang baik dan modal yang cukup, kami menargetkan untuk dapat mencapai breakeven bahkan keuntungan dalam waktu dekat," ujar Teddy dalam situs perusahaan, Selasa (10/9).
(Baca: Rudiantara Anggap Wajar Bukalapak PHK Ratusan Karyawan)
Ia menjelaskan, perusahaan pada pertengahan tahun ini berhasil membukukan laba kotor naik 3 kali lipat dibandingkan pertengahan 2018. Bukalapak juga berhasil mengurangi setengah kerugian dari pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) selama 8 bulan terakhir.
"Bukalapak telah menghasilkan kenaikan dalam monetisasi, memperkuat profitabilitas yang saat ini berjalan dengan baik dan bahkan melampaui ekspektasi kami," ujarnya.
Sebelumnya, Bukalapak mengklaim status ‘unicorn’ pada November 2017. Didirikan oleh Achmad Zaky pada 2010 ini merupakan startup keempat Indonesia yang valuasinya melampaui US$ 1 miliar setelah Gojek, Tokopedia, dan Traveloka.
(Baca: Tanggapi Kabar PHK Karyawan, Bukalapak: Bagian dari Strategi Bisnis)
Bukalapak juga merupakan unicorn lokal dengan mayoritas kepemilikan saham oleh investor lokal yakni PT Kreatif Media Karya (KMK). Dihimpun dari berbagai sumber, sejauh ini Bukalapak telah mengantongi suntikan pendanaan dari berbagai sumber seperti Ant Financial, Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, GIC dan Grup Emtek.
Dalam keterbukaan Bursa Efek Indonesia tertanggal 27 Mei 2019, PT Kreatif Media Karya (KMK) yang dimiliki 99,9% oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek). KMK tercatat memiliki 35,17% dari total saham Bukalapak.
Putaran pendanaan terakhir dikantongi Bukalapak pada Januari 2019 lalu. Saat itu, Bukalapak mengumumkan masuknya tambahan modal dari Mirae Asset Daewoo dan Naver Asia Growth Fund senilai US$ 50 juta atau sekitar Rp 706,6 miliar.
Kemudian, pada Februari 2019, Co-Founder dan Presiden Bukalapak M. Fajrin Rasyid menyatakan, investor akan kembali menyutikan dana tambahan. "Dalam waktu dekat, iya (investor siap untuk suntik dana)," ujar Fajrin. Meski, sampai kabar PHK karyawan berhembus sepekan terakhir, rencana itu belum terealisasi.
(Baca: Masih Dapat Suntikan Dana Investor, Bukalapak Belum Tertarik Go Public)