Sejalan dengan tren 'ngopi cantik' yang menjadi bagian dari gaya hidup urban, kedai kopi pun menjamur di berbagai penjuru kota. Namun, beberapa produsen juga memperluas pasar dengan membuka toko online.
Salah satunya Otten Coffee yang menjual biji kopi hingga ragam peralatan untuk menyeduhnya melalui e-commerce, seperti Shopee, Lazada, Blibli, Bukalapak, Lazada, dan Tokopedia. "Jumlah pesanan produk terkait kopi di Shopee meningkat empat kali lipat dibandingkan tahun lalu," kata Country Brand Manager Shopee Rezki Yanuar, melalui siaran pers, Jumat (30/7) lalu.
Otten Coffee yang digagas oleh Robin Boe dan Jhoni Kusno di Medan bahkan memiliki situs jual-beli sendiri. Selain untuk berjualan biji kopi, platform tersebut menyajikan fitur majalah gaya hidup digital yang menyajikan berbagai artikel terkait kopi.
Adapun produk yang dijual, mulai dari alat penggiling dan penyeduh kopi, perlengkapan untuk barista dan kafe, hingga merchandise. Dengan harga mulai Rp 60 ribu, produk kopi ditawarkan dalam beragam bentuk, di antaranya single origin seperti Aceh Gayo dan Brazil Fazenda; Ninety Plus; kopi luwak; berbentuk kapsul; dan kemasan siap minum (drip coffee).
(Baca juga: Merugi tapi Valuasinya Naik, Fenomena Bisnis Digital Indonesia)
Anomali Coffee juga mulai merambah pasar digital dengan membuka toko di Shopee dan Bukalapak. Kedai kopi lokal besutan Irvan Helmi dan Muhamad Abgari ini juga memiliki situs sendiri. Produk yang dijual juga hampir mirip dengan Otten Coffee, mulai dari biji kopi hingga merchandise dengan tagline 'Ceritain Kopi Indonesia'.
Hanya, biji kopi yang dijual Anomali masih terbatas pada beberapa jenis, seperti Java Gunung Halu, Aceh Gayo, dan Toraja. "Tentunya kehadiran kami di Shopee akan membantu memasarkan kopi Indonesia lebih luas lagi,” kata Sales & Marketing Manager Anomali Coffee Ryo Limijaya.
Produsen besar lainnya seperti Common Grounds, Ulubelu Coffee, Morph Coffee, dan Starbucks juga berjualan secara online lewat Lazada ataupun Tokopedia. Bahkan, produsen kopi dalam skala kecil yang lebih tradisional di daerah pun cukup banyak yang mulai memasarkan produknya secara online.
10 e-Commerce dengan Pengujung Terbanyak TW I 2018 di Indonesia
Di Tokopedia, misalnya, Anda bisa dengan mudah temukan kopi khas daerah seperti arabika Lintong Silaban, robusta Bengkulu, Aceh Gayo, dan yang lainnya. Melalui situs jual beli online, mereka bisa menjangkau pasar yang lebih luas di seluruh Indonesia dari daerah masing-masing.
Cara ini juga dinilai lebih praktis bagi penikmat kopi yang tak selalu sempat pergi ke kafe. Salah seorang karyawan swasta Yudho Winarto (35 tahun) misalnya, gemar menyeduh kopi sendiri di rumah sejak dua tahun lalu. Bahkan, ia punya tiga jenis alat penyeduh kopi yakni V60, moka pot, dan vietnam drip.
(Baca juga: Dari E-Commerce hingga Perbankan, Chatbot Gantikan Operator)
Yudho yang terbiasa menyeruput espresso hingga dua gelas sehari bahkan membawa alat seduh kopinya ke kantor. "Sekarang mulai jarang ngopi di coffee shop, karena punya stok kopi sendiri di rumah," ujarnya kepada Katadata, Senin (30/7).
Intan Umbari Prihatin (24 tahun) juga gemar menyeduh kopinya sendiri di rumah. Kopi itu biasanya ia beli ketika tugas ke luar kota. "Lebih enak kopi bubuk atau racikan sendiri, karena kopi sachet rasanya terlalu manis," kata dia.
Adapun, data International Coffee Organization (ICO) menunjukkan bahwa konsumsi kopi Indonesia pada periode 2000-2016 cenderung naik. Pada 2000, konsumsi kopi Indonesia baru mencapai 1,68 juta bags (@60 kilogram). Lalu pada 2016 mencapai 4,6 juta bags, atau melonjak lebih dari 174%. Tren kenaikan itu terus berlanjut hingga 2016.
Indonesia juga merupakan salah satu negara terbesar penghasil dan eksportir komoditas kopi dunia. Produksi kopi Indonesia mencapai 6,56 juta bags, berada di peringkat empat dunia di bawah Brasil, Vietnam, Columbia. Sementara ekspor Indonesia sebesar 5,4 juta bags dan berada di urutan lima di bawah Brasil, Vietnam, Columbia, dan Honduras.