Tepis Dominasi Produk Impor, Shopee Kejar 500 Ribu UMKM Jadi Eksportir

Shopee
.Shopee meluncurkan program yang bertajuk "500.000 Eksportir Baru" yang dimulai pada awal bulan ini dan ditargetkan rampung pada 2030.
Editor: Yuliawati
4/3/2021, 18.52 WIB

Perusahaan e-commerce Shopee menargetkan 500 ribu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Tanah Air dapat menjual produknya ke luar negeri melalui platformnya. Shopee meluncurkan program yang bertajuk "500.000 Eksportir Baru" yang dimulai pada awal bulan ini dan ditargetkan rampung pada 2030.

Dalam menjalankan program tersebut, perusahaan berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Sekolah Ekspor dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM). Perusahaan juga berkolaborasi dengan Bank Indonesia (BI). Nantinya, UMKM binaan BI akan menjadi bagian dari 500 ribu eksportir itu.

"Shopee dan pemerintah akan terus mendorong, mendukung, dan memberikan peluang ekspor bagi para UMKM di Indonesia," kata Head of Public Policy and Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo  dalam siaran pers pada Kamis (4/3).

Shopee akan membekali UMKM binaan dengan materi seperti kiat-kiat sukses ekspor secara spesifik. Materi yang diberikan merujuk pada penerapan literasi digital ekspor Shopee melalui kanal Kreasi Nusantara dari Lokal untuk Global.

Shopee memang telah menggelar Kreasi Nusantara sejak 2019. Tujuannya, memasarkan produk UMKM binaan ke Singapura, Malaysia, dan negara lain di Asia Tenggara. Pada tahun lalu, ada 20 ribu UMKM yang mengikuti program ini.

E-commerce asal Singapura ini menyeleksi mitra terlebih dahulu untuk mengikuti program Kreasi Nusantara. Kriterianya, mitra tersebut harus memproduksi barang sendiri atau bukan reseller. Shopee juga akan mengkaji kualitas produk dan kesiapan mitra memproduksi barang. Selain itu, riwayat transaksi mitra penjual harus baik.

Program "500.000 Eksportir Baru" ini lahir setelah sebelumnya sempat viral tagar #ShopeeBunuhUMKM dan #SellerAsingBunuhUMKM di jagat maya. Tagar itu masuk topik populer (trending topic) di Twitter dengan perbincangan warganet yang menyoroti banyaknya penjualan produk impor di e-commerce. Data Getdaytrends menunjukkan, ada 10 ribu lebih kicauan menggunakan tagar ini.

Perwakilan Shopee Indonesia telah membantah bahwa produk impor mendominasi platform. Menurutnya, ada 98,1% dari empat juta penjual aktif di platform yang merupakan UMKM. Selain itu, hanya 0,1% pedagang lintas negara.

Produk dari penjual lokal masih mendominasi di Shopee yakni 97%. Secara rinci, penjualan produk UMKM di dalam ekosistem 71,4 %, lintas negara 3%, dan sisanya pedagang besar lokal.



Meski begitu, peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda mengatakan bahwa produk impor mendominasi penjualan di platform e-commerce. “Perkiraan saya, produk lokal hanya 4-5% saja pangsa pasarnya di platform," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (18/2).

Hal itu mempertimbangkan banyaknya pengecer atau reseller yang menjual barang impor. Mereka terhitung sebagai pedagang lokal, meski produk yang dijual merupakan impor.

Pada 2019, Kemenperin juga pernah menyatakan bahwa 90% produk yang dijual di e-commerce merupakan impor. Namun, Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) membantah hal itu dan menyebutkan bahwa impor barang per paket yang penjualnya berasal dari luar negeri hanya 0,42%.

Berdasarkan laporan JP Morgan berjudul ‘E-Commerce Payments Trend: Indonesia’ pada 2019 pun menunjukkan, hanya 7% konsumen yang membeli produk impor di e-commerce. Namun, penjualan lintasbatas berkontribusi 20%.

Barang impor yang dibeli melalui di e-commerce paling banyak dari Tiongkok, kemudian Singapura dan Jepang. Sayangnya, JP Morgan tidak memerinci nilainya.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan