Shopee Prediksi Pendapatan Rp 131,1 Triliun Tahun Ini

shopee
Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja dan Brand Ambassador Shopee Nella Kharisma saat konferensi pers online
Penulis: Desy Setyowati
7/3/2022, 12.50 WIB

Shopee memperkirakan bisa meraup pendapatan US$ 8,9 miliar – US$ 9,1 miliar (Rp 128,3 triliun – Rp 131,1 triliun) tahun ini. Pada 2021, e-commerce ini meraih US$ 5,1 miliar.

“Peningkatannya 75,7% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan 2021,” kata perusahaan dalam keterangan resmi, pekan lalu (1/3). Ini artinya, pertumbuhan pendapatan Shopee melambat dibandingkan 2021 136,4%.

Sepanjang tahun lalu, pesanan kotor Shopee 6,1 miliar atau naik 116,5%. Nilai transaksi bruto atau GMV meningkat 76,8% menjadi US$ 62,5 miliar atau Rp 900,8 triliun.

Induk Shopee, Sea Group juga memprediksi pemesanan layanan hiburan digital seperti game Free Fire buatan Garena, antara US$ 2,9 miliar - US$ 3,1 miliar tahun ini. Titik tengah perkiraan yakni US$ 3 miliar.

Hal itu mempertimbangkan banyak negara yang kembali memperolehkan masyarakat beraktivitas di luar rumah saat pandemi corona. “Selain itu, karena tindakan pemerintah yang tidak terduga, Free Fire saat ini tidak tersedia di toko aplikasi Google Play dan iOS di India,” ujar Sea Group.

Perusahaan asal Singapura itu juga memperkirakan, pendapatan layanan keuangan digital seperti ShopeePay dan Sea Bank, antara US$ 1,1 miliar - US$ 1,3 miliar. Ini berarti, ada peningkatan 155,4%.

“Kami mengharapkan Shopee mencapai EBITDA positif yang disesuaikan sebelum alokasi biaya, di Asia Tenggara dan Taiwan tahun ini. Lalu SeaMoney mencapai arus kas positif tahun depan,” ujar Chief Executive Officer Sea Grup Forrest Li.

“Kami percaya bahwa pada 2025, uang tunai yang dihasilkan oleh Shopee dan SeaMoney secara kolektif akan memungkinkan kedua bisnis ini mendanai sendiri pertumbuhan jangka panjang mereka secara substansial,” tambah dia.

Secara keseluruhan, Sea Group mencatatkan peningkatan pendapatan 127,5% dari US$ 4,4 miliar pada 2020 menjadi hampir US$ 10 miliar (Rp 143,9 triliun) tahun lalu. Namun kerugiannya membengkak 17,9% yoy dari US$ 1,3 miliar pada 2020 menjadi US$ 1,5 miliar (Rp 21,6 triliun) tahun lalu.

Sedangkan laba kotor naik 188,8% menjadi US$ 3,9 miliar. “Kami akan terus berfokus pada posisi terbaik Sea dalam jangka panjang untuk melayani kebutuhan generasi digital-native yang terus berkembang pesat,” ujar dia.