PT Investree Radhika Jaya (Investree) menjalankan beberapa strategi untuk memperkuat daya saing di industri teknologi finansial pembiayaan (fintech lending). Beberapa di antaranya mengakuisisi startup lain, ekspansi hingga mengincar sektor warung.
Co-founder sekaligus CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan, perusahaan tidak hanya berfokus menyediakan layanan pinjaman. Ia ingin, perusahaannya membangun ekosistem untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
"Apakah bentuknya (solusi bisnis berupa) investasi, joint venture, kami masih melihat beberapa ekosistem tersebut," ujar Adrian di Jakarta, Rabu (29/1).
Kali ini, Investree berkolaborasi dengan perusahaan payment gateway Midtrans selama 1,5 tahun. "Strategi kami ke depan lebih banyak berkolaborasi dengan ekosistem yang dari sisi UKM-nya sudah terdigitalisasi," katanya.
Adrian menilai, digitalisasi bisa menentukan kualitas kredit dari para UKM. (Baca: Incar UMKM Filipina, Fintech Investree Bakal Gaet Mitra Lokal di 2020)
Melalui kerja sama itu, Investree memberikan pinjaman modal kerja. Sedangkan Midtrans menjadi akselerator kebutuhan para UKM terhadap akses pinjaman modal.
Ia enggan menyebutkan target penyaluran pinjaman melalui kolaborasi dengan Midtrans tahun ini. Namun, menurut dia, selama 1,5 tahun terakhir perusahaan telah menyalurkan pinjaman kepada 70 merchant senilai Rp 75 miliar.
Bunga yang dikenakan kepada UKM peminjam berkisar antara 12-20% per tahun tanpa jaminan. "Dari sisi kecepatan, kolaborasi dengan Midtrans ini mulai dari pengajuan, pengunggahan dokumen hingga pencairan dana maksimal lima hari," ujar dia.
Investree juga mengakuisisi saham startup e-procurement, Mbiz. Melalui aksi korporasi itu, perusahaan menargetkan bisa menyalurkan pinjaman Rp 270 miliar ke UMKM pada Kuartal I 2020.
(Baca: Investree Target Beri Pinjaman Rp 270 M ke UMKM Lewat Mbiz Awal 2020)
Awal tahun ini, fintech lending itu juga ekspansi ke Filipina dengan menggandeng perusahaan konglomerat Filinvest Development Corporation (FDC). FDC mengembangkan lini bisnis perbankan, properti, hotel, tenaga pembangkit hingga infrastruktur.
"Kami bekerja sama di mana joint venture sebesar 50:50. Tujuannya kami ingin membawa solusi atau produk-produk Investree ke Manila dengan spesifik target utamanya ekosistem dari Filinvets Group," ujar Adrian.
Ia menjelaskan, produk pinjaman yang ditawarkan sama seperti di Indonesia. Di antaranya vendor outsourcing, packaging, interior untuk hotel, dan sebagainya.
Investree juga telah beroperasi di Vietnam dengan nama eLoan sejak 2018. (Baca: Tahun Depan Investree Ekspansi ke Filipina dan Thailand)
Adrian mengatakan, Investree juga membuka opsi untuk menyasar pengusaha warung. Perusahaan tengah mempelajari skema penyediaan pembiayaan ke sektor tersebut.
"Kami masih melihat biaya akuisisi dan collection di sektor warung, itu cukup tinggi," ujar Adrian. Namun, ia enggan memerinci berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam sektor tersebut.
Di Indonesia, jumlah UKM hanya 10% dari total 65 juta UMKM. Sekitar 90% merupakan usaha mikro seperti warung.
"Jadi sebenarnya volume perdagangannya (UMKM) masih lebih besar daripada di segmen UKM. Tetapi kami masih fokus ke UKM, terutama pada supplier dan vendor yang masih banyak belum digarap," ujar Adrian.
Sebagai informasi, Investree membukukan total fasilitas pinjaman Rp 4,44 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp 3,44 triliun. Rata-rata pengembalian 16,1%.
(Baca: Ekspansi ke Regional, Investree Terus Galang Pendanaan Seri C)