IDC Financial Insights mengumumkan 13 perusahaan rintisan (startup) di bidang teknologi finansial (fintech) yang diprediksi akan berkembang pesat melampaui fintech lainnya di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut berpotensi menjadi unicorn berikutnya jika mereka konsisten dengan model bisnis dan inovasi yang dijalankan.
IDC, yang merupakan lembaga riset pasar, mengkategorikan perusahaan-perusahaan tersebut dalam enam kategori. Di kategori sistem pembayaran (payment) adalah Gopay, Midtrans, Xendit, Doku, dan TCash. Untuk kategori peer to peer lending: Modalku, Akseleran, Investree, dan Uangteman. Di kategori marketplace terdapat AturDuit.com. Pada kategori wealthmanagement, fintech yang unggul adalah Finansialku.com. Selanjutnya, Jojonomics pada kategori company solutions dan Jurnal untuk kategori accounting cloud based software provider.
Menurut Senior Research Manager IDC Financial Insights Handojo Triyanto, ke-13 fintech itu diseleksi dari 75 fintech yang ada di Indonesia. IDC melakukan pengukuran kualitatif berdasarkan sejumlah kriteria: utilitas, konsumen potensial, model bisnis, kegunaan, daya saing, dan valuasinya. Setiap kategori memiliki penilaian dari skala 1-5.
"Ke-13 perusahaan ini belum mature tapi kami lihat berpotensi menjadi mature dan lebih besar berdasarkan assessment pada kategori tertentu," kata Handojo dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (29/3). Survei IDC yang dilaksanakan 2017 ini diharapkan dapat membantu investor dan technology buyer yang tertarik berinvestasi di perusahaan-perusahaan fintech dengan melihat prospek perusahaan-perusahaan tersebut.
Pada saat survei IDC dilakukan, Midtrans belum diakuisisi oleh Gojek Group. Pada 15 Desember 2017, Gojek mengakuisisi tiga perusahaan fintech, yakni Kartuku, Midtrans, dan Mapan untuk memperbesar bisnis Gopay di sistem pembayaran. Gojek juga berencana mengeluarkan Gopay dari aplikasi Gojek sehingga Gopay bisa digunakan untuk pembayaran online maupun offline.
(Baca juga: Tiga Bulan Lagi Go-Pay Jadi Alat Pembayaran E-commerce di Luar Gojek)
"Akuisisi ini adalah bagian dari konsolidasi fintech dengan fintech. Pemicunya adalah kebutuhan untuk menembus pasar konsumen secepat mungkin di tengah banyaknya pemain. Bukan hanya untuk mendapatkan market share yang lebih besar tetapi juga untuk menarik investor," ujar Handojo.
Tren lainnya adalah kolaborasi antara institusi keuangan dengan fintech. "Ke depan, kolaborasi perusahaan fintech dengan perbankan akan semakin banyak. Fenomena ini sudah terlihat, khususnya di bidang payment karena kecepatan mendominasi pasar penting untuk payment," kata Handojo.
Perbankan memanfaatkan fintech untuk mengikuti perubahan perilaku konsumen dengan gaya hidup yang semakin tak terpisahkan dengan gawai (gadget). Fintech juga diuntungkan karena bisa memperluas basis konsumennya dan menghemat dana investasi dengan memanfaatkan jejaring perbankan.
(Baca juga: Fintech Indonesia Masih Perlu Dukungan Perbankan)